MALUKU - Air bersih menjadi kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sahari-hari seperti minun, memasak dan mandi. Namun, keterbatasan sumber air bersih masih menjadi permasalahan utama pulau-pulau di Indonesia, begitu juga di kampung Ohoi Rumadian dan Ohoi Debut di Kecamatan Manyeuw, Maluku Tenggara.
Masyarakat di kampung Ohoi Rumadian dan Ohoi Debut di Kecamatan Manyeuw, Maluku Tenggara memiliki tempat penampungan air berupa kolam yang airnya bersumber dari bukit di daerah tersebut. Namun, kolam air bersih ini berada di desa adat yang terletak di Ohoi Rumadian, sehingga masyarakat Ohoi Debut tidak bisa mengaksesnya setiap waktu seperti masyarakat Ohoi Rumadian.
Kurangnya pasokan air bersih ini akhirnya memaksa warga setempat memanfaatkan air danau atau air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Melihat kondisi ini, Kelompok Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat dari Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM) bekerja sama dengan Garuda Indonesia membuat teknologi sederhana untuk menampung air hujan selama musim penghujan dengan memanfaatkan atap sebagai tempat tangkapan hujan.
Teknologi tersebut bernama Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) GAMA RAINFILTER. Teknologi ini dibangun di wilayah Ohoi Debut, Kecamatan Manyeuw, Maluku Tenggara.
Mahasiswa sekaligus penanggung jawab proyek Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) GAMA RAINFILTER, Tisa Kavita Ratria Sari bercerita bahwa IPAH GAMA RAINFILTER ini hadir dari keluhan masyarakat yang tidak dapat mengakses air bersih selama 24 jam seperti di Pulau Jawa.
BACA JUGA:
“Kita sempat zoom meeting sama masyarakat mengenai keluhan mereka, yang dibutuhkan di sini apa. Salah satu yang dibutuhin ternyata itu disini itu air bersih itu enggak 24 jam. Kalau di Jawa kan ada PDAM, sumur juga bisa ngebor gitu kan. Kalau di sini itu masyarakat cuma mengandalkan satu yaitu kepala air,” katanya saat ditemui di Kecamatan Manyeuw, Maluku Tenggara, Minggu, 25 Agustus.
Tisa mengatakan komponen pembuatan IPAH GAMA RAINFILTER tersebut mudah didapatkan dan bisa disesuikan dengan barang-barang di wilayah tersebut. Ada lima lima komponen utama yang harus dipenuhi.
Komponen tersebut yakni pipa ukuran 6 dan 4 inci, kawat strimin untuk saringan daun, bola plastik diameter 6 inci untuk saringan partikel kasar, busa untuk saringan partikel halus, dan toren air.
“Kalau untuk pipa 6 inci itu sebenarnya bisa diganti lagi pakai pipa 4 inci. Jadi alat itu (pipa 6 inci) punya Hak Kekayaan Intelektual dari dosen saya, itu enggak diperjual belikan dengan bebas pipa 6 inci. Jadi pipa 6 inci itu harus dipesan dulu gitu, itu kita kerja sama dengan Ruchika,” tuturnya.
Tisa menjelaskan perawatan instalasi pemanenan air hujan ini juga cukup mudah dan tidak mengeluarkan banyak biaya.
“Kalau biaya produksinya kurang lebih Rp9 hingga Rp10 juta (pemasangan di fasilitas umum), kalau maintenance enggak mahal sih, gampang. Kita juga sudah bawa ganti filternya buat satu tahun ke depan,” ucapnya.
Ke depan, Tisa berharap masyarakat di Ohoi Rumadian dan Ohoi Debut mampu membuat instalasi pemanenan air hujan ini secara mandiri dan bisa diaplikasikan ke rumah masing-masing.
“Kita akan bagikan modul yang isinya lengkap, bagaimana cara penggunaannya, cara perawatannya, cara buatnya. Jadi harapannya warga bisa mandiri, bikin di rumahnya mereka masing-masing. Apalagi kan banyak di sini orang yang udah punya toren, tinggal pasang pipanya aja, pasang instalasi air bersihnya aja,” jelas Tisa.
Sekadar informasi, maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia berkolaborasi dengan Kelompok Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat dari Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM) untuk mengoptimalkan potensi Maluku Tenggara.
Optimalisasi potensi ini dilakukan melalui Program Sinergi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang bertajuk “Festival Pesona Manyeuw 2024”. Peresmian gelaran program pengabdian masyarakat tersebut dilaksanakan di Ekowisata Hoat Tamngil, Kecamatan Manyeuw, Maluku Tenggara, Sabtu, 24 Agustus.
Program kolaborasi Garuda Indonesia dan UGM sepanjang bulan Juni hingga Agustus 2024 di antaranya meliputi program revitalisasi infrastruktur air minum dan irigasi (REVISI), program pelatihan dan pengembangan produk UMKM, program Manyeuw Membaca, dan program pelepasliaran tukik untuk konservasi habitat penyu hijau.
Kemudian, program rehabilitasi terumbu karang di Perairan Pulau-pulau Sepuluh, program seribu pohon mangrove untuk Manyeuw, program kesehatan gratis, program Manyeuw Semangat Berantas Stunting, program seribu buku untuk Manyeuw, program pemasangan instalasi pemanen air hujan, dan ditutup dengan program Festival Pesona Manyeuw.
Caption foto:
Foto pertama: Pj Bupati Kabupaten Maluku Tenggara Jamono bersama manajemen Garuda Indonesia meresmikan IPAH di Ohoi Debut, di Kecamatan Manyeuw, Maluku Tenggara/Mery Handayani