Bagikan:

JAKARTA - Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Febriany Eddy membeberkan kemajuan pembangunan fasilitas pemurnian atau smelter milik Vale di Pomala. Febriany mengatakan pihaknya menargetkan smelter ini bisa mulai beroperasi pada tahun 2026

"Untuk Pomala akhir tahun ini harusnya di sekitar 20-an persen dan harapan kita di kuartal 1 2026 sudah berproduksi," ujarnya dalam Mining Zone yang dikutip Sabtu, 24 Agustus.

Asal tahu saja, saat ini tedapat 3 proyek pembangunan smelter Vale antara lain proyek High Pressure Acid Leach (HPAL) di Pomala, Sulawesi Tenggara, proyek smelter nickel matte di Sorowako dan proyek smelter feronikel di Bahodopi.

"Terus terang ini masih dalam masuk tahap konstruksi ya. Jadi ini kita berpartner dengan partner kita. Jadi sebagian besar kita melakukan efisiensi dan efektivitas dari partner melakukan pembangunan pabrik-pabrik ini. Nah saat ini mungkin yang paling maju adalah di Pomala. Itu Pomala itu harusnya bisa selesai kalau lancar semua di 2026. Yang lain sih saya rasa juga akan kisaran 2026-2027," beber Febriany.

Lebih lanjut Febriany mengatakan, proyek smelter HPAL di Pomaala menggandeng perusahaan otomotif asal Amerika Serikat (AS) yakni Ford Motor Co. dan perusahaan asal China yakni Zhejiang Huayou Cobalt.

Dalam kerja sama ini,  Vale berperan menyediakan bijih nikel dan Ford berperan sebagai penyedia pendanaan serta akses pasar untuk hasil pemrosesan nikel dari smelter HPAL. Sementara Huayou akan berperan sebagai penyedia teknologi HPAL yang digunakan dalam smelter nikel tersebut.

"Huayou membawa teknologi HPAL-nya yang cukup, sekarang sudah sangat mature. Sudah ada proven track record di mana efisiensi dan efektivitasnya sangat tinggi," pungkas dia.