Bagikan:

JAKARTA - Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Febriany Eddy mengungkapkan sejak awal beroperasinya, PT Vale tidak pernah melakukan ekspor bijih nikel ke luar negeri.

Febriany bilang, hal ini sudah sejalan dengan langkah pemerintah yang gencar melakukan hilirisasi produk mineral dalam negeri untuk memberikan nilai tambah.

"Hilirisasi sudah menjadi bagian dari PT. Vale sejak kami berdiri ya. Jadi sebenarnya mungkin tidak banyak yang tahu bahwa kita tidak pernah ekspor bijih mentah. Bahkan pabrik kita itu sudah dibangun sejak tahun 1978," ujar Febriany dalam Mining Zone yang dikutip Sabtu, 24 Agustus.

Bahkan, kata di, sejak awal perusahaan berdiri proses produksi nikel di Vale telah menggunakan energi bersih dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Larona.

"Bahkan tahun 1978 itu juga pabrik kita sudah ditopang oleh PLTA Larona. Jadi proses smeltingnya pun sudah menggunakan PLTA sejak tahun 1978," sambung Febriany.

Seiring berjalannya waktu, Febriany mengatakan pihaknya juga melakukan ekspansi pabrik yang juga diikuti oleh ekspansi PLTA.

Hingga saat ini tercatat Vale telah memiliki 3 unit PLTA yang digunakan untuk menopang proses produksi hasil tambang nikel Vale.

"Jadi yang terakhir itu 2011. Kita punya 365 MW. Jadi kami, sebenarnya hilirisasi ini adalah sesuatu yang sudah menjadi bagian dari kita sejak kita ada.

Lebih jauh ia menyebut pihaknya juga 100 persen setuju dengan langkah pemerintah yang gencar melakukan hilirisasi mineral termasuk pada produk nikel.

"Puluhan tahun di Sorowako, kami berada di Timur, bisa dilihat bahwa nilai tambah dari hilirisasi ini memang sangat signifikan. Dari jual biji menjadi jual produk, proses olahan," pungkas dia.