JAKARTA - Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Febriany Eddy menanggapi tuduhan dirty nickel yang dilontarkan negara barat.
Febriany menegaskan pihaknya menolak tudingan yg dilontarkan terkait nikel kotor tersebut. Ia menyebut saat ini Vale aktif menyuarakan praktik-praktik Environmental Social Governance (ESG) untuk melawan stigma dirty nickel yang dilontarkan kepada Indonesia.
Ia mencontoh stigma negatif yang dilemparkan adalah stigma dirty nikel yang menyebut Vale menghasilkan karbon yang tinggi karena menggunakan batu bara.
"Di PT Vale, kita kan proses peleburan kita sudah 100 persen PLTA. Jadi, kita termasuk yang karbon intensitasnya paling rendah," ujar Febriany dalam Mining Zone yang dikutip Sabtu, 24 Agustus.
Tudingan kedua yang dihadapi adalah stigma deforestasi dalam proses pertambangan. Febriany bilang, pada kenyataannya Vale sejak awal gencar melakukan reklamasi progresif baik di dalam konsesi pertambangan maupun di luar wilayah konsesi.
"Dan saat ini kalau kita lihat jumlah lahan yang sudah kita rehabilitasi itu sudah mencapai 250 persen dari yang kita buka. Jadi, sudah jauh di atas melampaui yang kita buka kemarin ya. Sudah kita tutup dan kita melakukan reforestasi di luar konsesi," sambung Febriany.
Febriany bilang terkait stigma laut merah dan sungai merah, ia mengklaim air limpasan tambang PT Vale dikelola dengan sangat hati-hati dalam proses yang cukup panjang setelah memenuhi baku mutu hingga boleh dilepas ke badan air.
BACA JUGA:
"Di Sorowako, kebetulan tambang kita sangat dekat dengan Danau Matano. Sehingga air limpasan tambang yang sudah dikelola sesuai baku mutu ini berakhirlah di Danau Matano. Di situ ini harus sangat hati-hati karena Danau Matano ini juga sumber air minum. Danau ini adalah danau purba dengan endemik-endemik khusus yang ada di sana," beber dia.
Kemudian Febriany juga membeberkan jika Vale juga memiliki nursery atau pusat pembibitan di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2023.
Lebih lanjut Febry mengatakan dirty nickel yang ditudingkan negara barat tidak melulu dari sisi lingkungan tapi juga menyasar aspek sosial seperti keselamatan bekerja.
"Bagi kami value yang paling penting ya di perusahaan kita itu life matters most. Kehidupan adalah yang terpenting. Jadi bagi kami safety itu adalah bukan lagi kita sebut prioritas karena kalau prioritas anda memilih. Bagi kami itu adalah keharusan. Jadi safety is always there," pungkas dia.