JAKARTA - PT Bank Seabank Indonesia (SeaBank) membukukan laba sebelum pajak (PBT) sebesar Rp204 miliar per Juni 2024 atau meningkat 350 persen (year-on-year/yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp44,96 miliar.
“Kami mengarah ke tren positif bahwa tiap waktu kinerja kami semakin membaik. Tapi kami tidak hanya melihat amount-nya berapa namun lebih melihat kepada sustainabiity-nya (pertumbuhan yang berkelanjutan). Kami ingin sustainability itu mendasari semua policy kami, misalnya kebijakan yang berkaitan dengan pertumbuhan bisnis,” kata Direktur Utama SeaBank Indonesia Sasmaya Tuhuleley dilansir ANTARA, Rabu, 7 Agustus.
SeaBank mencatatkan, pertumbuhan aset sebesar 11 persen jika dibandingkan posisi Desember 2023 menjadi Rp31 triliun pada kuartal II 2024.
Peningkatan aset turut ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit 24 persen yoy dari Rp14,5 triliun di kuartal II 2023 menjadi sebesar Rp18 triliun di kuartal II tahun ini.
Dalam penyaluran kredit, SeaBank tetap menjaga kualitasnya yang ditunjukkan dari rasio non-performng loan (NPL) gross dan NPL nett yang masing-masing di angka 1,98 persen dan 0,18 persen per akhir Juni 2024. Sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu, NPL gross dan NPL nett SeaBank masing-masing di level 2,09 persen dan 0,13 persen.
Dari sisi pendanaan, Sasmaya mengatakan bahwa porsi dana murah (CASA) yang terdiri dari giro dan tabungan mencapai 60 persen. Menurut dia, komposisi CASA yang cukup besar itu menandakan capaian positif meskipun SeaBank telah menurunkan bunga tabungan menjadi 3,5 persen dibandingkan saat awal peluncurannya.
Dalam laporan keuangannya, CASA SeaBank pada kuartal II 2024 mencapai Rp14,69 triliun atau turun tipis 6 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp15,64 triliun.
Adapun cost of fund (CoF) SeaBank, sebut Sasmaya, berada di bawah 5 persen. Dia mengatakan, SeaBank saat ini tidak memberikan bunga secara berlebihan kepada nasabah karena perseroan memiliki keyakinan CoF dapat turun secara bertahap seiring dengan pertumbuhan jumlah nasabah yang cukup cepat.
Rata-rata transaksi harian nasabah SeaBank juga memperlihatkan performa positif. Bank digital itu mencatat, terdapat 3 juta transaksi dalam sehari dengan rata-rata jumlah perputaran uang mencapai Rp2 triliun.
Jumlah transaksi tersebut berasal dari ekosistem layanan digital SeaBank seperti pembayaran pulsa, listrik, multifinance, transfer rekening keluar-masuk, QRIS, dan lainnya.
“Salah satu indikator kinerja bank ritel yaitu jumlah transaksi. Ke depan diharapkan transaksi terus meningkat sehingga dapat berkontribusi untuk peningkatan fee based income SeaBank,” kata Sasmaya.
Hasil survei Populix pada Juli lalu menunjukkan bahwa SeaBank menjadi bank digital yang terbanyak dipilih oleh Gen Z dengan layanan yang menjadi favorit antara lain isi ulang dompet digital (e-wallet), transfer antar-bank, berbelanja di e-commerce atau platform online, serta transfer antar-rekening.
Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) SeaBank tercatat 15,82 persen per akhir Juni 2024, menurun dari sebelumnya 19,07 persen pada akhir Juni 2023.
Dari sisi profitabilitas, return on asset (ROA) tercatat di angka 1,29 persen, menurun dari 0,28 persen pada posisi akhir Juni 2023.
Kemudian return on equity (ROE) tercatat sebesar 5,98 persen, naik dari 1,33 persen pada posisi akhir Juni 2023.
BACA JUGA:
Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) SeaBank tercatat sebesar 92,02 persen per akhir Juni 2024, menurun dari 98,93 persen pada akhir Juni 2023.
Adapun cost to income ratio (CIR) dan loan to deposit ratio (LDR) per akhir Juni 2024 masing-masing 30,28 persen dan 76,59 persen. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan akhir Juni 2023 yang masing-masing 18,39 persen dan 60,88 persen.