Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, guna mendukung hilirisasi industri pengolahan sagu nasional diperlukan satu regulasi yang bijak.

Pasalnya, nilai ekspor industri pengolahan sagu RI kalah jauh dibandingkan Malaysia.

Saat ini, eksportir pati sagu terbesar di dunia adalah Malaysia dengan 15 juta dolar AS pada 2023.

Sementara Indonesia yang berada di posisi kedua hanya bisa meraup nilai ekspor sebesar 9 juta dolar AS di tahun yang sama.

"Saya ingin yuk kami duduk, pikirkan, bagaimana kami bisa menciptakan satu regulasi yang tepat untuk mendorong atau mendukung agar industri pengolahan sagu bisa tumbuh lebih cepat di Indonesia," ujar Menperin Agus dalam sambutannya pada acara Simposium Nasional Industri Pengolahan Sagu di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin, 29 Juli.

Dalam kesempatan tersebut, Agus pun mencontohkan bagaimana beberapa waktu lalu pihaknya berhasil mengusulkan adanya Peraturan Presiden (Perpres) tentang pengelolaan komoditas perkebunan seperti kelapa dan kakao.

"Saya hanya ingin berikan satu contoh saja bagaimana Kemenperin 'berhasil mendongkrak', yang mana kami butuh dan mampu menciptakan regulasi bijak. Ini dalam konteks kokoa dan kelapa," katanya.

Kala itu, kata Agus, pihaknya melihat hilirisasi untuk komoditas kokoa dan kelapa masih sangat jauh dari harapan pemerintah.

Dia menyebut, industrinya tumbuh tapi bahan bakunya sangat sulit didapatkan.

"Sehingga, kami yang tadinya merupakan produsen kokoa keempat terbesar di dunia sekarang sudah turun menjadi nomor tujuh. Itu membuka mata dari Kemenperin, begitu juga ketika kami bicara dengan kelapa," ucap dia

Menurut dia, sebagian besar penikmat nilai tambah atau value added dari kelapa asal Indonesia merupakan negara-negara asing.

"Dan alhamdulillah kami dalam rapat terbatas (Ratas) yang dipimpin oleh Bapak Presiden (Jokowi) ketika itu mengusulkan agar dibentuk satu badan secara khusus mengelola komoditas kelapa dan kokoa dan disetujui oleh Bapak presiden," tuturnya.

"Bahkan dalam rapat teknisnya bukan hanya mengelola kokoa dan kelapa, tetapi juga seluruh komoditas perkebunan itu akan dikelola dalam satu regulasi dan ini Perpresnya sekarang sedang disusun," sambung dia.

Dia berharap, ke depannya industri pengolahan sagu juga memiliki satu regulasi yang bijak. Sehingga bisa menciptakan nilai tambah bagi Indonesia sendiri.

"Ini hanya contoh dan saya ingin kami bisa menciptakan satu regulasi yang bijak untuk menciptakan value added dan job creation dari industri pengolahan sagu," imbuhnya.