JAKARTA - Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) berharap, suku bunga acuan atau BI Rate akan tetap bertahan pada level 6,25 persen hingga akhir 2024 ini demi meringankan beban industri yang saat ini tengah bergelut dengan berbagai tantangan.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan, industri makanan dan minuman saat ini tengah menghadapi tantangan, seperti kenaikan biaya logistik dan modal.
Adhi menjelaskan, sebagian besar industri makanan dan minuman memiliki pinjaman bank, rata-rata sekitar 70 persen. Kenaikan bunga bank akan otomatis meningkatkan biaya di tengah biaya logistik yang juga melonjak.
Menurutnya, kenaikan biaya logistik di beberapa negara kini sudah mencapai tiga kali lipat dan kesulitan mendapatkan kontainer. Hal tersebut memaksa industri untuk meningkatkan persediaan mereka yang tentu membutuhkan modal lebih banyak.
"Kalau dulu cukup stok dua minggu. Sekarang harus satu bulan, bahkan ada ingredients (bahan baku) tertentu yang harus dua bulan stok. Nah, stok ini, kan, butuh modal. Kalau bunganya makin tinggi, otomatis biaya modalnya makin mahal," ujar Adhi kepada wartawan, dikutip Selasa, 23 Juli.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 6,25 persen. Selain itu, BI juga tetap pertahankan suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility, masing-masing sebesar 5,50 persen dan 7,0 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen sebagai langkah konsistensi moneter yang pro stabilitas.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Juli 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25 persen," kata Perry dalam konferensi pers, Rabu, 17 Juli.