Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin, 22 Juli 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Jum'at, 19 Juli 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,22 persen di level Rp16.191 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 0,27 persen ke level harga Rp16.199 per dolar AS. 

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan meningkatnya optimisme terhadap penurunan suku bunga di AS, dengan para pedagang memperkirakan lebih dari 90 persen kemungkinan Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September.

"Meskipun pertaruhan ini masih ada, dolar menemukan kekuatan minggu ini dari data klaim pengangguran yang kuat secara tak terduga, yang menunjukkan pasar tenaga kerja yang menjadi pertimbangan utama bagi The Fed untuk mulai menurunkan suku bunga tetap tangguh," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Senin, 22 Juli.

Ibrahim menyampaikan European Central Bank (ECB) mempertahankan suku bunga kebijakannya pada level 4,25 persen pada pertemuan Juli 2024. 

Dalam pertemuan tersebut, Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan bahwa keputusan penurunan suku bunga kebijakan pada tanggal September 2024 terbuka lebar, mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga lagi pada 2024.

Ibrahim menyampaikan laporan media minggu ini menunjukkan bahwa AS sedang mempertimbangkan pembatasan perdagangan yang lebih ketat terhadap Tiongkok, terutama sektor teknologi dan pembuatan chip di negara tersebut. 

"Laporan tersebut meningkatkan kekhawatiran atas perang dagang baru antara Beijing dan Washington, mengingat hubungan dagang antara keduanya sudah tegang," jelasnya. 

Dari sisi internal, Pemerintah optimistis mampu memanfaatkan peluang ekspor dan mempertahankan tren surplus perdagangan melalui berbagai strategi di tengah melemahnya kinerja dagang Indonesia.  

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, kinerja dagang pada semester I/2024 mencatatkan surplus 15,45 miliar dolar AS atau lebih rendah 4,46 miliar dolar AS dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Pencapaian pada enam bulan pertama tahun ini tidak mencapai 50 persen dari total target sepanjang 2024 di batas bawah sebesar 31,6 miliar dolar AS, sedangkan batas atas sebesar 53,4 miliar dolar AS. Itu artinya, Indonesia harus kerja keras untuk mengejar target surplus neraca dagang sebesar 31,6 miliar dolar AS- 53,4 miliar dolar AS pada semester II 2024. 

Oleh karena itu, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mendorong peningkatan kinerja dagang pada semester II 2024. Salah satunya memperkuat transformasi struktur ekspor ke arah peningkatan ekspor produk manufaktur, memperluas pasar ekspor ke Asean, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin.

Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan Free Trade Agreement (FTA) yang belum tuntas. Lalu, meningkatkan ekspor dengan fokus utama pada penurunan tarif, memberikan perhatian khusus pada negara-negara yang berfungsi sebagai hub-regional, memperkuat peran perwakilan perdagangan luar negeri, dan digitalisasi perdagangan.

Pemerintah juga akan berfokus pada pengembangan sektor perdagangan jasa yang memiliki potensi besar. Pencapaian target ekspor nasional tentunya menekankan pentingnya upaya dan kerja sama dari semua pihak.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Senin, 22 Juli 2024 dalam rentang harga Rp16.180 - Rp16.240 per dolar AS.