Bagikan:

JAKARTA - Owner Representative PT Kalimantan Ferro Industry Muhammad Ardhi Soemargo menemui Komisi VII DPR RI dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU).

Asal tahu saja, sebelumnya pada Mei yang lalu terjadi kebakaran di smelter nikel di Desa Pendingin Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, milik PT Kalimantan Ferro Industry (KFI) yang menyebabkan dua pegawai luka-luka.

Dalam kesempatan tersebut Ardhi mengatkan, terkait insiden 16 Mei 2024 bukanlah kebakaran, tetapi hanya sedikit letupan yang menimbulkan api dalam waktu yang sebentar.

PT KFI kala itu langsung mengambil tindakan medis dengan melarikan korban ke Puskesmas terdekat dan memulangkannya.

"Makanya kalau bapak (Anggota Komisi VII DPR) katakan kebakaran, boleh lah kami sampaikan kebakaran. Itu letupan di limbah yang bukan bagian dari smelter," ujarnya, Senin 8 Juni.

Setelah kejadian tersebut Ardhi mengatakan pihaknya makukan konstruksi penambahan besar kolam tampung nickel slug dan menambah 2 titik saluran air untuk memperbesar debit air, dan menambah tinggi tembok hingga 10 meter agar kebakaran tidak menyebar.

"Kdua, kami memberikan indikator water level di kolam tampung nickle slug untuk menjadi tanda yang lebih optimal. Kami juga disampaikan untuk mempertahankan perawatan rutin kalibrasi alat sehingga jika ada kejadian serupa kami dapat berkoordinasi dengan perusahaan manufaktur alat," beber Ardhi.

Ia juga menegaskan jika KFI sudah menjadikan Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai landasan perusahaan dalam beroperasi.

Sehingga ketika terjadi insiden pada Mei 2024 lalu, KFI telah menambah sejumlah peralatan K3, mulai dari APAR, hingga mobil pemadam kebakaran.

"Kami sudah memberi tiga kali ekstra dari perihal-perihal yang harusnya kami butuhkan," pungkas dia.