JAKARTA - Proyek konversi kapal tangker menjadi Floating Storage Production and Offloading (FPSO) atau Unit penyimpanan dan pembongkaran produksi migas terapung yang berlokasi di kawasan galangan kapal Pan Ocean PT Dok warisan Pertama di Tanjung Uncang, Kota Batam, Kepulauan Riau telah memasuki tahap commisioning atau pengetesan secara parsial.
Asal tahu saja, proyek konversi kapal tangker ke FPSO ini merupakam proyek yang pertama kali dikerjakan di Indonesia, dilakukan oleh pekerja lokal.
Nantinya, koversi dari kapal tangker ke FPSO ini dilakukan untuk menampung minyak gas bumi proyek forel yang dihasilkan dari Natuna, Kepulauan Riau. FPSO ini memiliki kapasitas produksi 250.000 BOPD, diberi nama FPSO Marlin Natuna.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan pembangunan atau koversi Kapal Tangker ke FPSO ini merupakan bagian dari upaya penting SKK Migas dan KKKS Medco Energi meningkatkan kapasitas produksi minyak dan gas guna mendukung ketersediaan energi nasional.
"FPSO ini dibangun untuk peningkatan produksi gas dan direncanakan akan sail away (berlayar-red) pada Agustus, dan digunakan pada saat proyek Forel onstream di kuartal IV-2024," ujar Dwi dalam keterangan yang diterima VOI, Kamis 4 Juli.
BACA JUGA:
Direktur & Chief Operating Officer Medco Energi Ronald Gunawan yang turut mendampingi Kepala dan Manajemen SKK Migas, mengatakan FPSO ini dijadwalkan akan digunakan pada Proyek Forel area di Kepulauan Natuna dengan kontribusi 10.000 BOPD.
“Kami tengah berkoordinasi dengan instansi terkait dalam penyelesaian pembuatan fasilitas produksi tersebut. Kami berterima kasih atas dukungan semua pihak sehingga proyek ini terus berjalan dengan aman,” ujar Ronald Gunawan.
Saat ini, Medco E&P Natuna juga sedang melakukan pengeboran sumur lepas pantai atau offshore untuk mengembangkan lapangan gas West Belut dan Terubuk. West Belut diharapkan akan selesai di kuartal IV tahun ini, sedangkan lapangan gas Terubuk dijadwalkan akan selesai di kuarta III taun 2025.