JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai tingkat defisit dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan defisit negara lain.
Menurut dia, hal itu lantaran tingkat defisit ditargetkan di bawah 3 persen.
Meski begitu, Airlangga mengakui, adanya tren kenaikan tingkat defisit.
Pada tahun 2023, APBN mengalami defisit fiskal sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Sedangkan untuk APBN 2024 target defisit ditetapkan sebesar 2,29 persen dari PDB dan selanjutnya di tahun 2025 di kisaran 2,29 sampai 2,82 persen.
Airlangga menegaskan, pemerintah telah menetapkan defisit APBN 2025 akan tetap dijaga sesuai dengan batas aman yang diamanatkan dalam Undang-Undang Keuangan Negara.
“Pemerintah juga tetap komit pada budget di mana defisit budget tahunan akan terjaga di bawah 3 persen dari PDB. Dana Moneter Internasional (IMF) melihat budget deficit Indonesia pada kisaran 2,2 persen di tahun ini, jauh lebih rendah dari banyak developed dan developing countries di dunia,” ujarnya dalam konferensi pers kondisi fundamental ekonomi terkini dan rencana APBN 2025, Senin, 24 Juni.
Dalam paparannya, Airlangga menyampaikan defisit India tercatat minus 7,9 persen, China minus 7,16 persen, Amerika Serikat minus 6,67 persen, Jepang minus 6 persen.
Kemudian, Thailand tercatat minus 4 persen, Filipina minus 4 persen, Malaysia 3,5 persen, serta Norwegia minus 10,13 persen.
“Artinya budget defisit di negara lain tinggi dan juga relatif kita lebih baik dari negara-negara lain,” ucapnya.
Selain dari tingkat defisit fiskal, Airlangga menyampaikan kemampuan pemerintah untuk membiayai defisit dari penerbitan utang juga masih cukup kuat. lantaran tingkat rasio utang atau debt to GDP ratio Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan negara - negara lain.
Airlangga menyampaikan rasio utang pemerintah yang tercatat sebesar 38,26 persen dari PDB pada 2024.
Adapun Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan utang pemerintah Indonesia di 2024 masih di bawah 40 persen, masih jauh dari ambang batas 60 persen dari nominal PDB.
Sebagai perbandingan, Airlangga menyampaikan bahwa Jepang memiliki rasio utang terhadap PDB yang lebih tinggi mencapai 254,6 persen, Singapura 162,5 persen, dan Yunani 158,8 persen.
Menurutnya, tingkat rasio utang Indonesia jauh lebih baik jika dibandingkan dengan berbagai negara lainnya.
“Kenapa mereka utang besar? Karena bunganya negatif. Kemudian Amerika 123,3 persen utangnya. Jadi artinya dengan defisit mereka negara lain tinggi kita tidak perlu khawatir karena kita tetap di bawah 40 persen,” tuturnya.
Selain dari sisi defisit dan rasio utang, posisi Indonesia juga menunjukkan perbaikan dalam peringkat daya saing di tingkat global.
Airlangga menambahkan, daya saing Indonesia juga tercatat mengalami peningkatan peringkat menduduki posisi ke-27 dari 67 negara pada 2024.
BACA JUGA:
Mengutip riset Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness Ranking (WCR) 2024, peringkat daya saing Indonesia melampaui Inggris yang berada di 28, Jepang (38), hingga India (39).
Bahkan di kawasan Asia Tenggara, Airlangga menyampaikan daya saing Indonesia menjadi 3 besar setelah Singapura (1), dan Thailand (25).
Hal ini menjadi pencapaian yang signifikan mengingat pada tahun 2023, Indonesia masih berada di posisi (34).