Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan mengaku kesulitan membedakan antara elpiji yang berasal dari agen resmi dan yang sudah dioplos.

"Kalau untuk membedakannya sampai saat ini butuh effort khusus untuk bedakan mana yang memang keluar di agen resmi dan mana yg dari oplosan," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu 12 Juni.

Dikatakan Riva, sejatinya pengawasan atas elpiji dilakukan dengan memverifikasi secara rutin dengan menggandeng Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas).

Riva jugmenyebut jika sejatinya tabung elpiji yang berasal dari agen memiliki segl khusus sebagai pembeda.

"Saat ini memang sangat sulit untuk membedakannya,"imbuh Riva.

Sebelumnya dalam rapat ini, Anggota Komisi VI Fraksi PDIP, I Nyoman Parta menyoroti maraknya praktik pengoplosan gas yang terjadi di Bali, termasuk belum lama ini terdapat gudan pengoplos elpiji yang meledak dan terbakar di Denpasar Bali.

Nyoman meminta, Pertamina untuk segera menindak pelaku pengoplosan gas elpiji 3 kg yang marak dilakukan di Bali.

Apalagi, kata dia, belum lama ini terlah terjadi peristiwa ledakan di Bali yang menewaskan 3 orang dan 11 orang di antaranya mengalami luka-luka lebih dari 80 persen.

"Saya sudah sampaikan lokasi sampai pelakunya. Saya kirim ke Pertamina tapi tidak ada tindaklanjut. Gas subsidi masuk ke tempat yang salah sasaran, dioplos untuk kejahatan. Bahkan orang yang tidak berhak masa pakai gas 3," beber Nyoman.

Untuk itu, ia mengundang Wakil Direktur Pertamina Wiko Migantoro untuk membawa Satgas Migas ke Bali untuk meninjau terkait aduan yang telah dibuat sebelumnya.

"Mohon bawa satgas migas ke Bali. Saya kasi lokasinya," pungkas Nyoman.