Bagikan:

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia buka suara soal brand mobil listrik asal China, BYD yang belum mengirimkan produknya ke konsumen Indonesia.

Bahlil menuturkan, ada sejumlah proses adiministasi yang baru diselesaikan BYD dan pemerintah.

Adapun proses administrasi yang dimaksud Bahlil mengenai investasi BYD di Indonesia.

Seperti nilai investasi hingga kapasitas produksinya.

“Sebelum dia melakukan impor harus mempresentasikan terhadap berapa nilai investasi, berapa kapasitas produksi dan berapa lama dia melakukan investasi itu. Nah kita memberikan izin rekomendasi impor itu berdasarkan progress realisasi investasinya,” katanya di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Selasa, 11 Juni.

Bahlil mengungkapkan dirinya baru menandatangani rekomendasi izin impor mobil listrik secara utuh atau completely built up (CBU) berdasarkan nilai investasi dan kapasitas produksi pabrik mobil tersebut di Indonesia.

Lebih lanjut, Bahlil juga bilang pemerintah akan menghitung berapa banyak unit mobil listrik yang bisa diimpor BYD dalam bentuk CPU. Dia mengatakan semuanya sudah disepakati antara BYD dengan pemerintah.

“Sekarang kita kasih dulu kurang lebih sekitar 10 hingga 20 persen dari total kapasitas produksinya, tapi saya sudah tanda tangan (perizinan),” tuturnya.

Sekadar informasi, BYD berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia dengan membangun pabrik di Subang, Jawa Barat. Adapun nilai investasi perusahaan mobil listrik asal China ini adalah Rp16 triliun.

Kepastian investasi ini muncul PT BYD Motor Indonesia (BYD) menandatangani kesepakatan kerja sama dengan PT Suryacipta Swadaya, developer dari Kawasan Industri Subang Smartpolitan. Pabrik BYD di Subang ini memiliki kapasitas produksi mencapai 150.000 unit per tahun.