Bagikan:

JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan posisi cadangan devisa akan menjadi 140 miliar dolar AS-142 miliar dolar AS pada akhir tahun 2024 atau turun dibandingkan pada akhir 2023 yang sebesar 146,4 miliar dolar AS.

Meski begitu, Josua menyampaikan cadangan devisa tahun ini masih akan berpeluang turun, akibat adanya risiko suku bunga kebijakan yang higher for longer.

"Kami tetap mengantisipasi terhadap risiko suku bunga kebijakan yang higher for longer dan, sebagai akibatnya, kami melihat adanya potensi penurunan cadangan devisa pada tahun 2024," jelasnya kepada VOI, Jumat, 7 Juni.

Josua menyampaikan bahwa risiko yang terkait dengan ketidakpastian global akan tetap menjadi perhatian utama selama semester I 2024, terutama terkait dengan sentimen risk-off di tengah suku bunga kebijakan yang higher for longer.

Menurut Josua hal tersebut dapat membatasi aliran masuk dana asing ke Indonesia sampai batas tertentu. Selain itu, turunnya surplus perdagangan akibat normalisasi harga komoditas dan melemahnya permintaan global, ditambah dengan permintaan domestik Indonesia yang kuat, akan menimbulkan risiko pelebaran defisit transaksi berjalan.

Selain itu, Josua menjelaskan faktor musiman seperti pembayaran kupon dan dividen kepada non-residen, yang biasanya mencapai puncaknya pada kuartal kedua, juga berkontribusi pada pelebaran defisit transaksi berjalan.

Menurut Josua, faktor-faktor tersebut diperkirakan akan mengurangi cadangan devisa di semester I 2024.

Sementara pada semester II 2024, risiko-risiko tersebut diperkirakan akan mereda.

"Kami masih mengantisipasi potensi penurunan Fed Funds Rate (FFR) di Desember," tuturnya.

Josua menyampaikan penurunan suku bunga tersebut dapat meningkatkan sentimen risk-on, yang berpotensi meningkatkan arus modal masuk ke Indonesia.

"Oleh karena itu, kami memperkirakan sedikit peningkatan cadangan devisa Indonesia menjelang akhir tahun 2024," jelasnya.

Akibatnya, Josua memperkirakan nilai tukar rupiah akan jatuh antara Rp15.800 per dolar AS hingga 16.200 per dolar AS pada akhir tahun 2024, terdepresiasi dari Rp15.397 per dolar AS pada akhir tahun 2023.