JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan cadangan devisa pada akhir tahun 2024 akan turun menjadi sekitar 140 miliar dolar AS hingga 142 miliar dolar AS, dibandingkan pada 2023 sebesar 146,4 miliar dolar AS.
"Sejalan dengan risiko higher for longer, kami memperkirakan cadangan devisa akan menurun pada tahun 2024," jelasnya dalam keterangannya, Rabu, 8 Mei.
Menurut Josua dengan melihat bahwa risiko yang terkait dengan perkembangan global yang tidak menentu masih akan menjadi perhatian sepanjang semester I 2024.
Selain itu, sentimen risk-off yang sedang berlangsung di tengah skenario higher for longer akan terus menghambat aliran masuk dana asing ke Indonesia, sehingga mengharuskan Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah.
Selain itu, Josua menyampaikan penurunan surplus perdagangan akibat normalisasi harga komoditas dan melemahnya perekonomian negara-negara mitra dagang utama, di samping permintaan domestik Indonesia yang masih cukup kuat, menimbulkan risiko pelebaran defisit transaksi berjalan.
"Faktor musiman seperti pembayaran kupon dan dividen kepada non-residen, yang biasanya mencapai puncaknya pada kuartal kedua setiap tahun, juga berkontribusi pada pelebaran defisit transaksi berjalan. Semua faktor ini diperkirakan akan mengurangi cadangan devisa di semester I 2024," tuturnya.
BACA JUGA:
Josua menyampaikan pada semester II 2024, terdapat peluang untuk meredanya risiko global. Namun, Ia masih mengantisipasi ruang untuk penurunan suku bunga The Fed, dan merevisi ekspektasi dari tiga kali pemangkasan dengan total 75 bps menjadi hanya satu kali pemangkasan sebesar 25 bps.
Josua menyampaikan potensi penurunan suku bunga The Fed dapat meningkatkan sentimen risk-on, sehingga berpotensi meningkatkan arus modal masuk ke Indonesia.
"Oleh karena itu, kami mengantisipasi sedikit peningkatan cadangan devisa menjelang akhir tahun 2024," ucapnya.