Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) mendorong X Beauty by Female Daily dapat menjadi agregator dan inkubator bagi para pelaku UMKM pada bidang kecantikan.

Staf Khusus Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Kemenkop UKM Fiki Satari menjelaskan, saat ini terdapat lebih dari 400 pelaku usaha di bidang kecantikan.

Bahkan, sekitar 50 persen pendaftaran usaha di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan pelaku bisnis pada bidang tersebut.

Oleh karena itu, Kemenkop UKM mendorong agar semakin banyak pihak yang terlibat untuk mendorong UMKM di bidang kecantikan itu dapat tumbuh lebih baik dan terus berkembang. Salah satunya dengan menjadi agregator dan inkubator bagi pelaku usaha untuk lebih mudah mendapatkan akses pembiayaan, pasar dan bahan baku.

"Saya sudah bicara dengan teman-teman (Female Daily) agar ke depan tidak hanya jadi platform di event saja, tapi bisa menjadi agregator dan inkubator seperti yang sedang kami kembangkan di Kemenkop UKM," ujar Fiki dalam keterangan resminya, Jumat, 7 Juni.

Fiki mengapresiasi pameran X Beauty, karena acara tersebut dapat menjadi showcase bagi produk UMKM Indonesia khususnya yang bergerak di sektor kecantikan. Dia berharap, agar acara serupa dapat lebih masif penyelenggaraannya di berbagai kota Indonesia.

Meski sektor kecantikan cukup prospektif, kata Fiki, pelaku UMKM di bidang ini menghadapi tantangan yang cukup berat, seperti bahan baku yang mayoritas masih impor. Kemudian, kemasan produk yang dihasilkan juga masih didominasi oleh impor.

"Maka, kami juga sudah membuat regulasi untuk melindungi UMKM dan pasar lokal agar bisa lebih bersaing dengan produk impor," katanya.

Dia menambahkan, Kemenkop UKM telah membangun beberapa rumah produksi bersama (RPB) di beberapa provinsi Indonesia untuk memfasilitasi produksi bahan baku UMKM dari hulu ke hilir.

Salah satu contohnya adalah nilam. Komoditas itu penting dalam industri parfum, yang akan mendapatkan dorongan baru dengan pembangunan pabrik atau RPB di lima kabupaten Aceh, yakni Aceh Besar, Aceh Selatan, Aceh Tamiang, Nagan Raya dan Gayo Lues. Masing-masing daerah akan memiliki dua rumah produksi nilam.

"Untuk mengelola rumah produksi nilam akan dibentuk koperasi petani produsen dan penyuling nilam. Mereka akan diberikan pelatihan kelembagaan, transfer teknologi produksi hingga pemasaran," imbuhnya.