JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat, 7 Juni 2024 diperkirakan akan kembali bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis, 6 Juni 2024, Kurs rupiah spot di tutup menguat 0,15 persen ke level Rp16.263 per dolar AS. Senada, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup naik 0,02 persen ke level harga Rp16.279 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan data ketenagakerjaan ADP yang lemah menunjukkan penurunan lebih lanjut di pasar tenaga kerja.
"Data tersebut muncul setelah data lowongan kerja yang lemah, dan juga membuka kemungkinan bagi data nonfarm payrolls yang lemah pada hari Jumat," jelasnya dalam keterangan resminya, dikutip Jumat, 7 Juni.
Ibrahim menyampaikan indikator ekonomi lainnya juga menunjukkan adanya perlambatan di negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini, yang dapat memberikan prospek inflasi yang lebih lemah dan memberikan kepercayaan diri yang lebih besar kepada The Fed untuk mulai menurunkan suku bunganya.
Menurut Ibrahim hampir dua pertiga ekonom kini memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan September. Namun, kemungkinan penurunan suku bunga berpotensi diperlemah oleh aktivitas sektor jasa AS, yang menyumbang sebagian besar output perekonomian AS, yang kembali tumbuh pada bulan Mei setelah mengalami kontraksi pada bulan April.
Adapun, investor sekarang menantikan pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari Kamis, di mana bank tersebut diperkirakan akan menurunkan suku bunga depositonya dari rekor tertinggi sebesar 4 persen.
Dari sisi internal, Ibrahim menyampaikan guna untuk mendorong agar defisit fiskal turun maka Pemerintah kedepan akan menggabungkan Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai menjadi Badan Otorita Penerimaan Negara (BOPN) sesuai dengan program kampanye Prabowo-Gibran saat debat pilpres 2024.
"Tujuan dari penggabungan Ditjen tersebut adalah mengarah kepada pengurangan defisit sehingga dalam pemerintahannya nanti, utang pun tidak semakin menggunung," jelasnya.
Sedangkan potensi penerimaan negara yang masih sangat besar hingga Rp500an triliun, namun bukan dari menambah beban masyarakat dengan kenaikan tarif-tarif pajak. Salah satunya, penerimaan utama dari pajak masih dapat dijaring dengan memperkecil ruang gerak shadow economy/ bayangan ekonmi, dengan memperhitungkan, dari posisi produk domestik bruto (PDB) Indonesia 2023 di level Rp20.892 triliun, sebanyak 60 persen atau sekitar Rp12.000an triliun merupakan konsumsi rumah tangga.
BACA JUGA:
Konsumsi rumah tangga yang terekam dalam pendapatan negara dari komponen Pajak Pertambahan Nilai serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN/PPnBM) pada 2023, hanya senilai Rp737,64 triliun.
Terlebih, pemerintah perlu mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menghasilkan pendapatan yang lebih banyak untuk negara, dari Rp10.000 triliun total aset milik BUMN, perusahaan pelat merah tersebut hanya menyumbang sedikit kepada pendapatan negara.
Melihat pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari BUMN, tercatat hanya Rp82,06 triliun. Dia juga mendorong pemerintah untuk memaksimalkan aset-aset milik BUMN untuk mengerek penerimaan negara. Untuk itu, dengan adanya BPN yang memisahkan Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea Cukai dari Kementerian Keuangan dapat mendesain hal-hal tersebut.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Jumat, 7 Juni 2024 dalam rentang harga Rp16.220 - Rp16.290 per dolar AS.