JAKARTA - Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Kabupaten Badung, Bali, memiliki peluang besar menjadi hub atau salah satu pusat kargo yang memasok barang ekspor impor dari daerah industri di tanah air.
“Bali memiliki jaringan penerbangan internasional yang cukup luas,” kata General Manager Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Handy Heryudhitiawan di Terminal Kargo Internasional Kabupaten Badung, Bali, dikutip dari Antara, Jumat 7 Juni.
Meski saat ini, kata dia, belum ada pesawat khusus mengangkut muatan kargo melayani penerbangan reguler langsung di Bali, namun sebagai daerah tujuan wisata global, Pulau Dewata banyak melayani penerbangan komersial untuk penumpang dari sejumlah negara.
Saat ini, salah satu bandara tersibuk di Indonesia itu melayani 19 rute domestik oleh 13 maskapai dan 33 rute internasional oleh 36 maskapai penerbangan.
Dengan begitu, ia mencermati masih ada potensi besar mengisi kontainer pesawat udara itu dengan muatan kargo yang perlu dimaksimalkan pelaku usaha.
Ia mencatat rata-rata jumlah kargo di bandara tersebut per hari mencapai 130-150 ton baik kargo domestik dan internasional, di luar jumlah kargo transhipment.
“Jumlah itu belum termasuk transhipment. Kalau ditambah itu, jauh lebih besar, jauh lebih tinggi, bisa mengalahkan bandara lain,” imbuhnya.
Apalagi Bali memiliki rute langsung bumi bagian selatan yakni menuju Australia dan Selandia Baru, kemudian Timur Tengah dan negara di Asia Timur seperti China, Jepang dan Korea Selatan dan serta Asia Selatan yakni India yang dilayani armada pesawat jumbo dan berbadan besar.
Konektivitas itu memberi peluang Bali menjadi pusat kargo untuk ekspor dan impor.
Bahkan beberapa maskapai internasional asal Timur Tengah di antaranya Etihad juga menambah penerbangan internasional baru di Bali, serta beberapa maskapai dari Korea Selatan juga berencana melayani penerbangan langsung.
“Bandara Bali ini lengkap, lebih terintegrasi,” imbuhnya.
BACA JUGA:
Sementara itu, salah satu perwakilan maskapai internasional yang melayani kargo di Bali, Lahenda Aprilian mengakui pihaknya memanfaatkan layanan multimoda yang memberikan ruang barang ekspor impor dari Surabaya diangkut melalui Bali, karena jalur penerbangan internasional yang lebih banyak tersedia di Pulau Dewata.
Ia mendata sejak Januari hingga Mei 2024, sudah 64 ton barang dari Surabaya diekspor dari Bandara Bali ke sejumlah negara di antaranya produk garmen.
Jumlah itu hampir mendekati pencapaian selama 2023 yang mencapai total 79 ton.
Ia juga optimistis dapat melayani daerah lain di Indonesia setelah penerapan penuh sistem digital Single Submission (SSm) ekspor, sistem satu pintu dan layanan multimoda oleh Bea Cukai.