Bagikan:

JAKARTA - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Sutrisno Iwantono mengatakan libur dan cuti bersama menguntungkan pelaku usaha perhotelan dan restoran karena banyak masyarakat berwisata sehingga okupansi atau tingkat keterisian hotel meningkat dan pengunjung restoran bertambah.

"Bagi sektor pariwisata, cuti bersama ini memberikan dampak positif. Orang akan melakukan wisata dan menginap di hotel atau makan di luar. Begitu juga dengan hotel di luar Jakarta, karena banyak orang pergi ke luar kota," ujar Sutrisno, Jumat 24 Mei.

Namun, kata Sutrisno, Jakarta berbeda dibandingkan daerah-daerah lainnya. Pasalnya, aktivitas di Jakarta padat saat hari biasa atau hari kerja untuk urusan bisnis dan pemerintahan. Sementara pada hari libur, banyak masyarakat ke luar Jakarta.

"Jakarta ini unik, hari-hari biasa banyak tamu terkait urusan pekerjaan, karena masih pusat bisnis dan pemerintahan. Pada hari libur, orang-orang Jakarta banyak yang keluar," tandas dia.

Meski demikian, kata dia, Jakarta tetap banyak dikunjungi pada hari cuti bersama, terutama anak-anak sekolah atau mahasiswa yang berwisata di tempat-tempat bersejarah dan ikonik, seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Ancol, Monas, dan Ragunan.

"Kita tentu berharap orang-orang luar juga masuk ke Jakarta, terutama anak sekolah dan mahasiswa untuk berwisata di Jakarta, bisa berkunjung ke museum, LRT, dan sentral-sentral bisnis," tandas dia.

Sutrisno mengatakan cuti bersama yang terlalu lama perlu dikaji agar produktivitas kerja di sektor-sektor di luar pariwisata tetap terjaga. Selain itu, pelaku sektor pariwisata dan sektor lainnya bisa berkolaborasi agar bisa menikmati keuntungan dari cuti bersama.

"Bagi pabrik, libur terus bisa menurunkan produktivitas. Apalagi produktivitas pekerja di negara kita tidak mengalami peningkatan, dibandingkan negara-negara lain di ASEAN," pungkas Sutrisno.