DEN HAAG - Belanda dan Indonesia memiliki hubungan perdagangan yang kuat. Negara kincir angin tersebut masih mengimpor ragam produk dari Indonesia, salah satunya adalah rempah-rempah asli Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2023 ekspor Indonesia ke Belanda mencapai 3,8 miliar dolar AS atau setara dengan Rp60,87 triliun (asumsi kurs Rp16.019 per dolar AS).
Minister Counsellor Embassy of The Republic of Indonesia, Royhan Nevy Wahab mengatakan komoditas yang sering diekspor ke Belanda adalah yang belum diolah. Seperti misalnya biji pala.
“Komoditas yang paling sering itu adalah makanan ya, pangan ya, tapi tadi sebagai mana yang dijelaskan oleh Pak Dubes (Mayerfas), masih kebanyakan itu adalah komoditas-komoditas yang belum diolah atau kalau bahasa Pak Dubes itu adalah ‘produk-produk pemberian Tuhan’, seperti lada, pala,” katanya saat ditemui di KBRI Den Haag, Belanda, Senin, 20 Mei.
Royhan bilang pihaknya saat ini tengah mendorong ekspor produk Indonesia yang telah diproses. Sehingga, ada nilai tambah yang bisa didapatkan.
“Kita sebetulnya ingin mendorong ekspor kita ke arah proses produk. Kita juga ingin supaya ada value added dari ekspor, kita bukan hanya mengandalkan produk-produk alam, tapi juga harapannya adalah produk-produk yang sudah olahan,” ucapnya.
BACA JUGA:
Apalagi, sambung Royhan, peluang ekspornya sangat besar di Belanda. Karena itu, pihaknya juga akan mendorong produk-produk non-tradional untuk diekspor. Seperti misalnya komputer.
"Jadi sebetulnya punya peluang yang sangat besar melalui kombinasi investasi Indonesia keluar itu untuk semakin membuka akses pasar bagi produk-produk Indonesia yang sifatnya non-tradisional," tuturnya.
“Kita juga selalu punya banyak unggulan, tapi yang kita harapkan adalah bisa sektor yang baru atau non-tradisional ini bisa kemudian mendominasi pasar-pasar di Eropa, khususnya di Belanda,” sambungnya.