JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengidentifikasi beberapa tantangan utama yang akan dihadapi sektor perdagangan global dan nasional pada 2024.
Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kemendag Moga Simatupang mengatakan, tantangan pertama adalah pergeseran demografi dunia.
Ia menyebut negara maju memiliki tren demografi yang cenderung menua, sedangkan negara berkembang memasuki fase bonus demografi.
Tantangan kedua adalah gangguan logistik distribusi dan rantai pasok.
“Hal ini dikaitkan dengan penataan jaringan distribusi bahan pokok, perbaikan logistik perdagangan antarpulau, dan pemanfaatan rantai pasok domestik,” ucap Moga dikutip dari ANTARA, Senin, 20 Mei.
Tantangan selanjutnya adalah perkembangan geopolitik global, seperti invasi Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022, kerja sama Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik vs Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) —strategi pembangunan global yang diadopsi oleh pemerintah China untuk meningkatkan konektivitas dan kerja sama antara China dan negara-negara lain di Asia, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah.
Selain itu, ada juga konflik Israel-Palestina dan konflik Laut Merah, yang mengganggu logistik global, perdagangan internasional, dan perekonomian dunia.
Meski demikian, Moga mengatakan bahwa pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh pada 2024.
Ekonomi Indonesia pada triwulan I-2024 menunjukkan pertumbuhan moderat sebesar 5 persen, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023 2023 yang mencapai 5,03 persen.
Meski demikian, proyeksi dari Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 dan 2025 masih akan berada di kisaran 5 persen.
Sektor perdagangan, dengan kinerja ekspor barang dan jasa yang baik serta konsumsi rumah tangga yang stabil, disebut masih akan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi.
BACA JUGA:
Ini diperkuat dengan surplus neraca perdagangan yang mencapai 7,31 miliar dolar AS pada triwulan I-2024, melanjutkan tren surplus sejak Mei 2020.
Capaian ini menjadikan Indonesia berhasil mencatatkan surplus perdagangan selama 47 bulan berturut-turut.
Di sisi lain, tren inflasi Indonesia menunjukkan perbaikan pada triwulan I-2024. Inflasi nasional kumulatif tercatat sebesar 0,52 persen, dengan kelompok makanan dan minuman serta tembakau, yang biasanya menjadi penyumbang terbesar inflasi, mengalami penurunan signifikan.
Bahkan pada April 2024, inflasi nasional secara tahunan (yoy) sudah berada di bawah target pemerintah sebesar 4 persen, yaitu 3,05 persen yoy.