Bagikan:

JAKARTA - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) resmi mengakuisisi saham mayoritas Rumah Sakit Brawijaya atau Brawijaya Healthcare Group pada kuartal pertama tahun 2024.

Hal ini sebagai bagian dari strategi diversifikasi portofolio yang dijalankan perusahaan investasi itu.

"Kita masih konsisten akan terus melakukan investasi di sektor-sektor yang menjadi fokus kami, salah satunya yang kita selalu mention adalah healthcare. Di kuartal pertama ini, Saratoga sudah melakukan akuisisi saham mayoritas di Rumah Sakit Brawijaya," kata Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan mengutip Antara.

Devin mengatakan, Saratoga berkomitmen penuh untuk terlibat aktif untuk memastikan pertumbuhan Brawijaya Healthcare yang berkelanjutan. Saratoga meyakini bahwa grup rumah sakit swasta tersebut memiliki fondasi untuk menjadi pemain rumah sakit terdepan di Indonesia.

Sebagai informasi, Brawijaya Healthcare saat ini memiliki lima rumah sakit dan dua klinik. Devin menilai, Brawijaya Healthcare terbukti memiliki kemampuan ekspansi bisnis didukung oleh manajemen yang berpengalaman.

Devin menambahkan, Saratoga juga akan meningkatkan investasi di perusahaan-perusahaan yang bersifat private sehingga bagi investor yang ingin memiliki eksposur di perusahaan tersebut harus melalui Saratoga.

Saratoga mencatatkan nilai aset bersih (NAB) atau net asset value (NAV) senilai Rp48,9 triliun pada tahun 2023, atau menurun 20 persen secara year-on-year (yoy) dibandingkan capaian tahun 2022.

Perusahaan investasi yang terafiliasi dengan konglomerat Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno ini mengungkapkan bahwa gejolak harga komoditas sepanjang tahun 2023 telah berdampak terhadap harga saham-saham portofolio utama Saratoga, yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Perusahaan mencatat, nilai saham Saratoga masih di bawah performa NAV pada posisi Maret 2024. Per akhir Maret 2024, NAV per saham Saratoga yaitu Rp3.503 sedangkan nilai saham Saratoga Rp1.445 atau terdapat gap yang cukup lebar dengan nilai saham Saratoga hanya sekitar 40 persen dari NAV-nya.

"Saat ini sekitar 80-85 persen NAV dikontribusikan oleh emiten-emiten yang sudah publik, seperti Adaro, Merdeka Copper, dan Tower Bersama. Jadi ada feedback dari investor bahwa, jika mereka ingin berinvestasi di perusahaan tersebut, mereka bisa langsung melakukannya di emiten-emiten yang sudah Tbk. Yang kami lakukan saat ini, seperti investasi di Brawijaya, kami berusaha untuk meningkatkan investasi kami di perusahaan-perusahaan private," kata Devin.

Selain mulai berfokus pada perusahaan private, Saratoga juga melakukan pendekatan kepada para investor sejak tiga hingga empat tahun terakhir, baik investor institusi maupun investor retail, untuk mengedukasi market. Harapannya, gap antara nilai saham dan NAV dapat diperkecil.

Devin menyebutkan, portofolio utama Saratoga yaitu sektor sumber daya alam dengan porsi sekitar 50 persen serta infrastruktur digital dengan porsi sekitar 30 persen. Sisanya sekitar 15 persen tersebar di berbagai sektor termasuk sektor kesehatan. Sebelumnya pada tahun lalu, Saratoga juga sudah berinvestasi di ZAP Clinic.

Adapun beberapa perusahaan blue chip yang masuk dalam portofolio Saratoga antara lain PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).