Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menilai ketatnya likuiditas dan turunnya daya beli masyarakat kelas menengah menjadi tantangan dalam mendorong pertumbuhan kinerja perbankan pada tahun ini.

Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina mengatakan tantangan yang akan dihadapi perbankan yaitu ketatnya likuiditas karena terdapat kesenjangan antara kondisi pertumbuhan kredit dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).

Adapun hingga Maret 2024, pertumbuhan kredit tumbuh sebesar 12,4 persen secara tahunan atau year on year (yoy), sementara DPK tumbuh 7,4 persen.

"Pertumbuhan kredit memang cukup positif, terakselerasi tumbuh 12,4 persen. Ini cukup solid pertumbuhan kredit. Tapi dari sisi pertumbuhan simpanan juga ada recovery akhir tahun lalu, tapi Maret sudah 7,4 persen" ujar Dian dalam Mandiri Macroeconomic Outlook Selasa, 14 Mei 2024.

Menurut Dian, jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit dan simpanan terdapat sebuah gap, lantaran jika pertumbuhan kredit terakselerasi cepat sementara DPK melambat, hal ini menjadi tantangan likuiditas dalam pertumbuhan kinerja perbankan.

Dian menyampaikan tantangan berikutnya yaitu, ekspetasi pemangkasan suku bunga acuan yang cenderung mundur menjadi di akhir tahun atau higher for longer. Sehingga berpotensi tren suku bunga acuan tinggi bertahan lebih lama pada 2024.

Selain itu, Dian menyampaikan tantangan berikutnya yaitu faktor wait and see dunia usaha yang menunggu susunan kabinet hingga Oktober 2024 dan daya beli kelas menengah yang menurun dan bisa menurunkan permintaan kredit konsumsi dan kualitas aset.