Bagikan:

JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dida Gardera menyampaikan sektor pertanian telah berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional meskipun saat ini dunia, termasuk Indonesia, sedang menghadapi beberapa ancaman ketahanan pangan. Hal tersebut di ungkapkan dalam galeran IDMA Exhibition di Istanbul Turki.

“Semoga praktik-praktik terbaik yang ditampilkan dalam kegiatan IDMA Exhibition 2024 ini dapat dijadikan referensi untuk diterapkan di Indonesia. Pemerintah Indonesia juga menyambut baik dan mendorong kolaborasi lebih lanjut dalam memperkuat ketahanan pangan,” ungkapnya dalam keterangan persnya, Senin, 13 Mei.

Adapun dalam gelaran tersebut mempertemukan perusahaan-perusahaan internasional yang memasok mesin dan teknologi penggilingan dengan industri pengguna hasil olahan biji-bijian (beras, jagung, gandum, sorgum), kacang-kacangan, dan pakan, dengan ragam acara yakni antara lain pameran mesin dan teknologi, pertemuan bisnis (B2B), diskusi, serta pelatihan bersertifikat bagi industri penggilingan oleh TABADER.

Selain itu, pameran IDMA yang mempunyai target transaksi ekspor mencapai 500 juta dolar tersebut mempertemukan peserta dari berbagai negara, seperti Inggris, Jerman, Belanda, Swiss, Denmark, Tiongkok, Italia, Korea Selatan, Amerika Serikat, Brasil, Mesir, dan India, dengan berbagai perusahaan antara lain Gocmen Makina, Koc Degirmen, TMI Spanyol, Special Mills, Pizeta, Ocrim, Mulmix SPA, Yukselis Makina Turkey, Chopin Technologies, Chief Industries USA, Dickey - John, Frigortec, Goudsmit, Axor Ocrim, dan Cetec Industri.

Dida menyampaikan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak dalam mewujudkan ketahanan pangan di tengah tantangan global seperti perubahan iklim ekstrem, meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah serta antara Rusia dan Ukraina, volatilitas harga komoditas, dan pengetatan moneter negara maju.

Menurut Dida lokasi Turki yang dekat ke banyak negara juga membuat kesempatan pemasaran produk Indonesia ke negara lain semakin besar.

"Jumlah turis Indonesia ke Turki setiap tahun selalu meningkat sehingga kebutuhan akan produk pangan dan pertanian Indonesia di Turki juga terus bertambah. Posisi ini meningkatkan peluang Indonesia bekerja sama dengan Turki sebagai hub ekspor,” tutur Dida.

Selain itu, Dida mengajak beberapa perusahaan penyedia teknologi penyimpanan, penggilingan dan pengolahan biji-bijian (beras, jagung, gandum dan sorgum), Kamar Dagang dan Industri/İstanbul Ticaret Odası (ITO), serta perusahaan-perusahaan sektor pangan, untuk menjalin dan meningkatkan kerja sama perdagangan, khususnya bidang pangan dengan Indonesia seperti Adcoturk dan Cargill.

Selanjutnya, Dida mengajak sekitar 150 ribu pengusaha Turki yang bernaung di bawah Kamar Dagang dan Industri/İstanbul Ticaret Odası (ITO), untuk meningkatkan investasi di Indonesia.

Oleh sebab itu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, khususnya Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis berkomitmen memfasilitasi penyelesaian kendala-kendala yang dihadapi selama berinvestasi di Indonesia.

Dida menyampaikan hubungan Indonesia-Turki juga diperkuat dengan kesamaan agama mayoritas dan budaya, sehingga para pengusaha Turki antusias untuk berinvestasi di Indonesia.

Namun, menurut Dida kendala terbesar yang dihadapi untuk berinvestasi di Indonesia yakni jarak cukup jauh antara dua negara, namun Ia yakin bahwa dukungan logistik dan distribusi dapat dipermudah dengan kesepakatan dagang kedua belah pihak.

“Semoga para pengusaha Turki bisa berinvestasi di Indonesia, khususnya dalam bidang pangan, seperti perusahaan susu mulai dari sapi bakalan sampai produk akhir seperti permen, keju, maupun yogurt. Di sisi lain, hazelnut Turki dapat memulai dan memperkenalkan produknya di Indonesia,” pungkas Dida.