JAKARTA - Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman mengungkapkan, KPI memiliki target produksi petrokimia sebesar 7,5 juta ton per tahun pada 2030 dari posisi produksi saat ini di angka 1,9 juta ton per tahun.
"Saat ini terbuka 3 opsi pengembangan bisnis petrokimia di Indonesia yang dapat dilakukan bersama dengan KPI yakni skema Joint Venture, strategic agreement, dan Merger & Acquisition," ujar Taufik dalam The National Petrochemical Conference (NPC) 2024, Senin, 13 Mei.
Sementara Direktur Utama PT Tuban Petrochemical Industries, Sukriyanto membahas pembiayaan infrastruktur industri petrokimia nasional dengan cara public private partnership.
"Melalui metoda ini, Pemerintah bersama swasta dapat berbagi manfaat dan biaya untuk memacu percepatan pembangunan infrastruktur petrokimia pada satu kawasan terpadu, sehingga diperoleh efisiensi dalam pembiayaan dan penggunaan infrastruktur tersebut," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyampaikan bahwa potensi pengembangan bisnis petrokimia di Indonesia masih sangat besar.
BACA JUGA:
“Saat ini potensi gas to petrochemical dapat dikembangkan sebagai salah satu upaya dalam mendukung pencapaian target Net Zero Emission,” ungkap Nicke.
Selain itu, Nicke juga mengharapkan adanya framework roadmap yang disiapkan terkait pengembangan bisnis petrokimia di Indonesia, meliputi berbagai aspek, antara lain aspek transportasi, distribusi, infrastruktur maupun insentif fiscal.
Sementara Menteri Perindustrian, Agus Gumilang Kartasasmita, juga menyampaikan bahwa peluang investasi baru juga masih terbuka untuk pengembangan petrokimia.
Pertamina diharapkan terus memberikan perhatian khusus untuk pertumbuhan produksi petrokimia, diantaranya Naphtha untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
“Saya juga mengharapkan Pertamina untuk mampu memasok bahan baku petrokimia baik dari sisi hulu, intermediate dan juga hilir,” ungkap Agus.