Bagikan:

JAKARTA - Perum Bulog tetap melakukan pengadaan impor meski saat ini panen raya di dalam negeri sedang berlangsung. Tercatat, realisasi beras impor Bulog sendiri telah mencapai 1,3 juta ton.

Lalu, kenapa Bulog tetap melakukan pengadaan beras melalu impor?

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan beras impor yang sudah masuk ke Indonesia mencapai 1,3 juta ton. Angka tersebut merupakan realisasi dari total kuota impor yang dimiliki Bulog sebesar 3,6 juta ton.

“Saat ini kita terus jalan (impor),” tuturnya saat ditemui wartawan di Kantor Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan, Jumat, 3 Mei.

Bayu menjelaskan, beras impor yang masuk ke Indonesia tersebut akan didistribusikan ke daerah-daerah yang memang bukan sentra produksi.

“Kita mengelola masuknya beras impor, kita sedang memperhatikan daerah-daerah yang non sentra produksi, pelabuhan-pelabuhan yang jauh dari sentra produksi, itu kita fokuskan,” ucapnya.

Sementara untuk daerah sentra produksi, kata Bayu, bisa dihentikan sewaktu-waktu. Namun, penghentiannya akan melihat kondisi harga di wilayah tersebut.

“Sedangkan untuk beberapa daerah yang memang betul-betul sentra produksi dan kita liat apakah gejalanya harga terpengaruh akibat impor, maka kita bisa hentikan sewaktu-waktu,” jelasnya.

Bayu juga menjelaskan pengadaan impor bukan hanya sekadar masuknya beras dari luar negeri, tetapi sebagai upaya Bulog menjaga komunikasi dengan negara-negara pengekspor untuk menjaga stok.

“Yang paling utama dari kegiatan impor itu sebenernya bukan hanya sekadar masuknya, tapi komunikasi dengan mereka, memesan barangnya bisa saja kita membuat kontrak sekarang tapi untuk masuk Juli dan Agustus bisa terjadi,” katanya.

Meski begitu, Bayu menilai, bahwa Perum Bulog perlu memiliki stok cadangan beras pemerintah (CBP).

Cadangan tersebut digunakan untuk mengintervensi harga dan pasokan di pasaran, saat harga tinggi dan stoknya menipis.

“Tapi intinya adalah kita harus punya stok yang cukup. Karena nanti kalau semester 2 panennya tidak sebagus yang kita bayangkan, padahal misalnya pemerintah ingin melanjutkan program bantuan pangan, Bulog harus punya stoknya,” ucapnya.