Rupiah Anjlok, Bapanas Siapkan Strategi Jaga Harga Pangan Dalam Negeri
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi. (Foto: Dok. ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Konflik Iran dengan Israel hingga melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat pemerintah harus putar otak dalam memenuhi cadangan pangan dalam negeri. Termasuk dalam menjaga harga agar tidak naik.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, telah memiliki beberapa strategi sebagai langkah antisipasi untuk menjaga harga pangan di dalam negeri di tengah gejolak geopolitik global saat ini.

“Solusinya adalah kita perlu cadangan pangan pemerintah. Solusinya kita perlu menyiapkan pasca panen, mendukung apa yang dikerjakan Pak Amran (Menteri Pertanian),” ucapnya ditemui di Kantor Badan Pangan Nasional, Jakarta, Kamis, 18 April.

Arief juga bilang pihaknya akan menyiapkan cadangan pangan pemerintah dengan baik. Meski begitu, dia bilang dalam memenuhi cadangan pangan ini tidak bisa hanya pemerintah saja melainkan juga perlu melibatkan swasta.

“Cadangan pangan pemerintah pemerintah disiapin semua. Kita berusaha sebaik mungkin. Uangnya disiapin, sumbernya disiapin. Bulognya disiapin, private (pelaku usaha sektor swasta) diajak bicara. Semua kolaborasi,” ujarnya.

Arief mengatakan salah satu cadangan pangan yang harus disiapkan adalah beras. Dia pun membandingkan Indonesia dan Vietnam dari sisi produksi beras. Kata dia, Vietnam dengan kebutuhan 21 juta ton memiliki produksi 27 juta ton sehingg ada selisih 6 juta ton.

“Indonesia kebutuhannya 30 hingga 31 juta ton (dalam setahun). Produksinya dekat-dekat itu. Selisihnya hanya 500.000 ton. Itu hanya ekuivalen satu bulan kurang. Setengah bulan,” tuturnya.

Kata Arief, agar produksi beras bisa aman seperti Vietnam, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah melakukan beberapa hal. Seperti melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.

“Pak Amran ada di Merauke itu bagian dari ekstensifikasi. Food estate itu bagian dari ekstensifikasi. Sementara pupuk bagian dari intensifikasi,” jelasnya.

Dalam upaya menggenjot produksi beras, menurut Arief, ketersediaan pupuk juga harus dalam kondisi yang aman. Tidak boleh mengalami keterlambatan sampai ke petani. Termasuk ketersediaan air juga perlu diperhatikan.

“Ada pupuk, ada benih, enggak ada air. Bisa enggak? Enggak bisa. Makanya beliau (Menteri Pertanian) menyampaikan salah satunya kan ada pompa. Pompa tuh maksudnya bisa dari sungai. Makanya enggak bisa sepotong-potong, mesti terintegrasi,” jelasnya.