JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan momen panen raya di bulan ini akan mencapai 4,9 juta ton beras, jika mengacu pada Survei Kerangka Sample Area (KSA) Badan Pusat Statistik.
Sementara, sambung Arief, pada Mei mendatang akan terjadi panen sebanyak 3 juta ton. Sedangkan di bulan Maret lalu, panen mencapai 3,8 juta.
“Sekarang kan lagi panen. Bulan lalu 3,8 dari 3,5 juta. Jadi naik malah 300.000 ton. Kemudian dikurangi banjir Demak dan lain-lain sekitar 17.000 hektare itu ekuivalen 200.000 ton. Kemudian bulan ini panen 4,9 bulan depan sekitar 3 juta ton, ya itu waktu kita semua untuk serap (beras),” tuturnya di Kantor Badan Pangan Nasional, Jakarta, Kamis, 18 April.
Karena itu, Arief mengatakan pihaknya sudah meminta Bulog harus menjemput bola agar peyerapan beras di momen panen raya ini bisa diserap secara maksimal.
“Bulog harus jemput bola, karena kemarin di beberapa tempat rebutan sama private. Jadi kalau private belum kenyang, Bulog kemudian masuk maka harganya akan tinggi lagi. Jadi, ini awal-awal mengisi lumbung-lumbung penggilingan padi diisi dulu,” tuturnya.
BACA JUGA:
Di sisi lain, Arief mengatakan saat ini harga gabah memang telah mengalami penurunan seiring dengan terjadinya musim panen. Dia bilang importasi beras juga tidak akan mempengaruhi harga gabah di tingkat petani.
Karena, sambung Arief, pasokan beras importasi akan disimpan menjadi cadangan beras pemerintah (CBP). Beras itu diperuntukan bagi bantuan pangan beras hingga penyaluran stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP).
“Importasi itu dilakukan oleh Bulog. Seandianya tetap berjalan pun itu masuk ke gudang dan disimpan. Enggak ada kaitannya dengan harga-harga petani,” tuturnya.
“Kalau harga di tingkat petani sekarang jatuh karena panennya barengan, kemudian basah kemarin. Kemudian kapasitas dryer, satu lagi libur Lebaran,” sambungnya.