Bapanas Beberkan Pengaruh Konflik Iran-Israel ke Harga Komoditas Pangan Impor
Ilustrasi pangan (foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) tidak membantah eskalasi konflik di Iran-Israel hingga melemahnya nilai rupiah akan memberikan dampak pada komoditas pangan, terutama yang berasal dari impor.

Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Bapanas, Maino Dwi Hartono menjelaskan konflik tesebut berisiko membuat harga sejumlah komoditas terpengaruh. Pasalnya, akan terjadi hambatan pada perjalanan logistik pangan.

“Tanpa ada serangan Iran pun, distribusinya melingkar kan, karena (konflik) Ukraina tidak selesai. Kondisi sekarang kan ditutup, tetap mutar, mungkin bertambah itu perjalanan jadi panjang sehingga cost nambah, termasuk masalah keamanan, pasti biayanya jadi naik kan,” ujarnya ditemui di Kantor Badan Pangan Nasional, Jakarta, Kamis, 18 April.

Contohnya, kata Maino, komoditas pangan impor yang paling berpotensi terdampak yakni gandum dan kedelai. Pengiriman komoditas tersebut terganggu akibat peningkatan konflik di Iran-Israel yang terjadi belakangan ini.

Maino menjelaskan terganggunya pengiriman melalui Selat Hormuz akan membuat pengiriman dialihkan. Dengan begitu, waktu pengiriman akan jauh lebih lama dan berdampak pada biaya pengiriman.

“Kalau ketersediaan enggak masalah, produksi ada, tapi kita enggak tahu ini akan merembet ke mana dengan situasi global sekarang. Tetapi pertimbangan-pertimbangan itu logis, tapi terutama masalah distribusi akan terganggu,” ujarnya.

Maino mengatakan kondisi ini diperparah dengan semakin melemahnya rupiah terhadap kurs dolar AS yang menembus level Rp16.000 hingga Rp16.300. Karena itu, ia menilai kondisi ini perlu diantisipasi oleh stakeholder terkait.

“Intinya situasi global tadi akan empengaruhi situasi logistik, pertama waktu nambah, biaya nambah, dan ujunnya harga akan berubah. lalu kurs dolar naik, mau enggak mau pelaku usaha akan menyesuakan itu,” ujarnya.

Sementara untuk komoditas lain seperti bawang putih, beras dan daging sapi, Maino diyakini tidak akan terdampak. Karena pasokan bawang putih berasal dari China, kemudian beras dari wilayah Asia Tenggara dan daging sapi dari Australia.