Usai Libur Panjang Lebaran IHSG Terjun 2 persen, BEI Ungkap Penyebabnya
IHSG (Foto: dok Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara terkait Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka turun 2 persen pada perdagangan sesi I Selasa, 16 April 2024, usai libur panjang hari raya Lebaran tahun ini.

Direktur Penilaian Efek BEI I Gede Nyoman Yetna menyampaikan, turunnya IHSG hari ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya kondisi geopolitik global yang memanas di Timur Tengah antara Iran dengan Israel sehingga mempengaruhi pergerakan saham - saham yang diperdagangkan.

"Saya tidak bisa menyatakan apakah ini mempengaruhi. Namun, hal yang umum yang terjadi adalah faktor geopolitical tension. Itu akan bergerak. Itu akan berpengaruh tentunya terhadap pergerakan indeks. Pasar memang bergerak dinamis dari masa ke masa," ujarnya saat ditemui di gedung BEI Jakarta, Selasa, 16 April.

Nyoman menambahkan, kondisi geopolitik menjadi salah satu faktor keputusan bagi para investor dalam berinvestasi di pasar. Sehingga akan membuat pergerakan pasar saham bergerak dinamis dari waktu ke waktu.

Selain itu, menurut Nyoman, Bursa juga turut mengamati pergerakan IHSG berdasarkan pada kondisi dan situasi yang berkembang di pasar.

"Iya saya juga mengamati itu. Pasar akan bergerak sendiri sesuai dengan kondisi yang ada, teman-teman sekalian. Kan pasarnya bergerak dinamis," pungkasnya.

Adapun, pada pembukaan perdagangan Selasa, 16 April 2024 mengalami pelemahan 145,719 poin atau 2,00 persen ke posisi 7.141,162 pada pukul 09.14 WIB pagi ini.

Sementara itu, IHSG dibuka pada level 7.285,783 sedangkan level tertinggi IHSG hari ini di level 7.285,783 dan terendah di angka 7.066,573. Total volume perdagangan saham di BEI mencapai 3,55 miliar, dengan nilai transaksi mencapai Rp4,01 triliun. Terdapat 92 saham naik, 378 saham turun, dan 142 mendatar.

Adapun, IHSG turun di tengah banyaknya sentimen negatif dari kondisi global saat Indonesia sedang libur panjang dalam rangka Idulfitri 1445 H, mulai dari memanasnya situasi di Timur Tengah, hingga inflasi Amerika Serikat (AS).