Indonesia Perkuat Kerja Sama dengan Vietnam Dalam Pembangunan Sektor Strategis
Pic : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Indonesia perkuat kerja sama dengan Vietnam dalam berbagai informasi pembangunan sektor strategis, pada sektor pertanian, perikanan, pariwisata, digital ekonomi, transisi energi, dan industri mutakhir.

Adapun dalam pembicaraan bilateral antara Deputi Menteri Luar Negeri Vietnam Nguyen Minh Hang dengan Deputi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi, terungkap bahwa Indonesia dan Vietnam berencana untuk memperkuat kemitraan ekonomi sektor strategis melalui penguasan teknologi mutakhir.

Nguyen menyampaikan bahwa peluang kemitraan ekonomi sektor strategis ini datang pada momen yang tepat menjelang perayaan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Vietnam yang memiliki pondasi persahabatan yang kuat.

"Sebagai sesama negara yang tengah berkembang pesat dan anggota ASEAN. Saya menilai banyak sekali kemiripan upaya Vietnam dengan Indonesia yang perlu dikolaborasikan untuk memanfaatkan peluang dari dinamika dunia saat ini, antara lain penguasaan teknologi di berbagai sektor," jelasnya.

Nguyen juga mengucapkan selamat atas keberhasilan Indonesia dalam melaksanakan Pemilu dan dimulainya diskusi aksesi Indonesia ke OECD. Sebagai anggota G20 dan ASEAN, Nguyen menilai Indonesia adalah mitra yang strategis bagi Vietnam.

“Saya ingin sebuah dialog tingkat Deputi Menteri untuk membahas berbagai isu kemitraan ekonomi yang penting,” ujarnya.

Deputi Edi menyambut baik usulan Vietnam untuk memperkuat kemitraan ekonomi sektor strategis dan menyampaikan bahwa Indonesia tertarik dengan kemajuan investasi di bidang industri mutakhir Vietnam yang berkembang pesat, seperti mobil listrik, semikonduktor, teknologi telekomunikasi dan digital, selain teknologi pertanian dan perikanan.

Untuk itu penting bagi Indonesia bermitra melalui pengembangan riset dan pengembangan (R&D), pertukaran kesempatan kerja serta pelatihan bagi talenta digital dan enjiner serta saling mempermudah untuk membuka pintu investasi.

“Sejak lama kami ingin membentuk sebuah forum kemitraan ekonomi strategis dengan Vietnam,” ungkap Edi dalam keterangannya dikutip Minggu 24 Maret 2024.

Lebih lanjut, Edi menyampaikan telah menyerahkan konsep perjanjian kemitraan melalui jalur diplomatik dan berharap dapat segera disepakati. Perjanjian tersebut nantinya akan menjadi payung untuk mewadahi kerjasama ekonomi strategis dengan keluaran kongkrit, khususnya manfaat bagi para enjiner dan talenta digital untuk bersama-sama menguasai teknologi maju.

Selain itu, Indonesia dan Vietnam sudah bermitra dalam beberapa forum selain ASEAN, seperti IPEF dan RCEP perlu memperkuat integrasi ekonomi di ASEAN.

Edi juga meminta bantuan Vietnam sebagai anggota Great Mekong Sub-region (GMS), yang menjadi wadah kerja sama sub-regional ASEAN di wilayah ASEAN kontinen, untuk berkomunikasi dengan mitra GMS lainnya.

Indonesia berharap segera dilakukan dialog bersama yang lebih intensif antar GMS dengan forum sub-regional ASEAN lainnya, yakni Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT), Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA).

Dialog ketiga forum sub-regional ASEAN tersebut diperlukan untuk konsolidasi pembangunan yang mempercepat integrasi ekonomi dan memperkuat ASEAN Centrality. Inisiatif integrasi ketiga forum atau disingkat dengan BIG ASEAN bercita-cita untuk membangun konektivitas kawasan ASEAN Kontinen dengan Kepulauan yang memiliki keunggulan geografis, Selat Malaka, dan Selat Kalimantan-Sulawesi sebagai jalur pelayaran penting.

Selanjutnya dikesampatan yang sama, Duta Besar RI di Hanoi Denny Abdi yang turut hadir dalam pertemuan tersebut juga menegaskan ingin segera menindaklanjuti kunjungan kerja Presiden RI Joko Widodo dengan membangun kerjasama bilateral yang semakin kuat.

Denny setuju untuk membentuk forum dialog dan satuan tugas yang memfasilitasi peluang-peluang kerja sama kedua negara. Dubes Denny mengatakan bahwa sebagai negara bersahabat yang merdeka melalui perjuangan di tahun 1945, keduanya bercita-cita yang sama untuk menjadi negara maju pada tahun 2045.

Menurutnya, kedua negara memiliki pondasi hubungan yang sangat kuat secara historis sebagai bangsa pejuang kemerdekaan, sehingga upaya penguatan kerja sama ekonomi strategis adalah keputusan yang tepat dan perlu segera diwujudkan.