Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ungkapkan kekhawatiran akan adanya lonjakan inflasi pangan atau volatile food lantaran hingga Februari 2024 mencapai 8,47 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Hal tersebut dikhawatirkan akan memberikan dampak buruk ke masyarakat miskin.

"Kita juga tetap waspada terhadap komponen inflasi terutama dari faktor pangan. Kita lihat kecenderungan volatile food yang memberikan kontribusi pada inflasi ini harus dilihat baik karena faktor musim seperti el nino," jelasnya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Selasa, 19 Maret 2024.

Sri Mulyani menyampaikan faktor lainnya yaitu tingginya faktor permintaan yang harus diantisipasi lantaran harga makanan akan sangat menentukan terhadap tingginya kemiskinan, di mana pemerintah ingin mencapai kemiskinan ekstrem 0 persen.

Menurut Sri Mulyani, pada 2024 ini yang menjadi salah satu tantangan yaitu inflasi dimana inflasi umum berada di level 2,75 persen secara (yoy).

Inflasi inti Februari 2024 tercatat sebesar 1,68 persen (yoy), stabil dari inflasi bulan sebelumnya.

"Kita lihat dan harus waspada komponen inflasi yang berasal dari pangan yang pasti akan menggerus terutama kelompok paling miskin," ujarnya.

Sri Mulyani mengatakan, salah satu komoditas yang menjadi perhatian yaitu beras dan pemerintah sudah menempuh langkah impor beras dan melakukan operasi pasar.

"Pemerintah telah melakukan langkah dengan pengadaan beras luar negeri melalui impor dan juga melakukan stabilisasi melalui intervensi distribusi harga pangan terutama beras," katanya.

Selain beras, Sri Mulyani menyampaikan yang terut menjadi perhatian pemerintah juga berasal dari harga pupuk yang melonjak tinggi akibat kondisi geopolitik yang belum stabil dan dari sisi faktor musim yang menjadi faktor penentu terhadap produksi beras di dalam negeri dan secara global.