JAKARTA - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatatkan sejumlah raihan positif di tahun 2023.
Perusahaan yang menjadi salah satu portofolio utama Saratoga ini mencatatkan peningkatan produksi emas menjadi 138.666 ounce (oz) pada tahun 2023 atau naik 11 persen secara tahunan. Sementara harga rata-rata penjualan emas juga meningkat 8 persen yoy di level 1.939 dolar AS per oz.
Dalam paparan kinerja Saratoga, Direktur Investasi SRTG Devin Wirawan mengatakan penurunan produksi tembaga sebesar 35 persen yoy menjadi 12.706 ton akibat adanya penundaan sementara dalam pengiriman bahan peledak.
"Meski demikian, produksi tembaga sudah menunjukkan pemulihan pada 4Q23," ujarnya dalam keterangan kepada media yang dikutip Selasa 19 Maret.
Sementara pada komoditas nikel, tahun 2023 produksi nikel matte mencapai 30.333 ton sementara produksi NPI meningkat 68 persen yoy menjadi 65.117 ton sebagai dampak dari mulai beroperasinya smelter PT Zhao Hui Nickel (ZHN).
Tambang Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) akan memasok sekitar setengah dari kebutuhan bijih nikel dari smelter yang dimiliki MBMA pada tahun 2024, sehingga mengurangi dampak dari fluktuasi harga nikel dunia.
Kemudian pengiriman bijih Tambang SCM melonjak dari 43.989 ton pada kuartal III 2023 menjadi 2,9 juta ton pada kuartal 4 2023. SCM menargetkan penjualan bijih nikel sebesar 15 juta ton pada tahun 2024 dengan rincian 4 juta ton saprolit dan 11 juta ton limonit.
Pada bulan April 2023, salah satu anak perusahaan MDKA yakni PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) berhasil menyelesaikan Penawaran Umum Perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (IDX).
"Dengan harga Rp795 per lembar saham, IPO tersebut mendapat dukungan kuat dari investor domestik dan asing, dana kekayaan negara regional dan investor strategis," lanjut dia.
Penawaran tersebut melibatkan penerbitan 11,6 miliar saham baru, dengan total modal baru sebesar Rp9,2 triliun, setara dengan 10,7 persen dari total saham yang beredar.
Pada kesempatan yang sama Devin juga memaparkan sejumlah aksi korporasi yang dilakukan MDKA antara lain, MBMA telah mengumumkan rencana mengembangkan pabrik High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Kawasan Industri Konawe Indonesia di Sulawesi, Indonesia.
Proyek HPAL ini akan menghasilkan total setara nikel 120 ribu ton per tahun yang dibagi menjadi dua tahap. Untuk tahap pertama, MBMA telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Ningbo Brunp Contemporary Amperex Co. Ltd., afiliasi dari Brunp CATL.
Pada bulan Juni 2023, MBMA telah mengakuisisi 60 persen saham (40 persen Tsingshan) di PT Huaneng Metal Industry (HNMI) senilai USD 75 juta, sebuah fasilitas konversi nikel bermutu tinggi matte (HGNM) yang berlokasi di dalam Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
BACA JUGA:
HNMI mengolah nikel matte kadar rendah (LGNM) menjadi HGNM yang mengandung 70 persen nikel. Kapasitas produksi tahunan adalah 50 ribu ton per tahun.
Lalu pada bulan September 2023, MBMA telah menandatangani perjanjian definitif dengan GEM untuk membangun pabrik HPAL dengan kapasitas 30 ribu ton nikel yang terkandung dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun.
Pabrik HPAL akan dibangun di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan dioperasikan di bawah PT ESG New Energy Material (joint venture MBMA dan GEM) dengan target commissioning pada akhir tahun 2024 untuk tahap 1 dan pertengahan tahun 2025 untuk tahap 2.
"Pabrik ini juga akan membeli dan memproses bijih nikel laterit dari Tambang SCM MBMA berdasarkan perjanjian pasokan selama 20 tahun," pungkas dia.