JAKARTA – Meskipun kondisi pasar nikel dunia yang cukup menantang, PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel (NCKL), berhasil membukukan kenaikan penjualan dan laba bersih pemilik entitas induk yang tinggi di sembilan bulan pertama tahun 2023.
NCKL merupakan perusahaan pertambangan dan hilirisasi nikel terintegrasi yang memiliki kemampuan hulu dan hilir di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Di periode kuartal III-2023, NCKL membukukan penjualan sebesar Rp17,3 triliun, naik 135 persen dibanding kuartal III-2022 sebesar Rp7,4 triliun.
Selain itu, Perseroan juga mampu mencatatkan kenaikan Laba Bersih pemilik entitas induk sebesar 24 persen menjadi Rp4,5 triliun dari Rp3,6 triliun di periode sebelumnya.
Kenaikan penjualan yang signifikan merupakan hasil dari upaya Perseroan yang melakukan ekspansi peningkatan kapasitas produksi secara berkelanjutan baik dari lini bisnis pertambangan, produksi refinery High Pressure Acid Leach (HPAL) dan lini produksi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dalam 2 tahun terakhir.
Tambahan satu jalur produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas sebesar 18.000 ton kandungan nikel/tahun yang telah selesai dibangun oleh salah satu anak usaha Perseroan, yaitu PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL), berhasil melakukan produksi komersil sejak awal tahun 2023 dan berhasil mencapai kapasitas produksi secara penuh dalam waktu hanya 2 bulan.
Sehingga, total kapasitas terpasang dari tiga jalur produksi yang dimiliki oleh PT HPL saat ini memiliki kapasitas terpasang sebesar 55.000 ton kandungan nikel/tahun.
Selain itu, anak usaha lainnya yaitu PT Harita Jayaraya Feronikel (PT HJF) yang memiliki delapan jalur produksi juga telah beroperasi secara bertahap sejak awal tahun 2023 dan sejak bulan Agustus 2023, seluruh jalur produksi PT HJF telah berjalan dengan kapasitas penuh. PT HJF memiliki kapasitas produksi Feronikel sampai dengan 95.000 ton kandungan nikel/tahun.
Dari bisnis pertambangan, Perseroan mencatatkan kenaikan produksi biji nikel yang signifikan untuk memenuhi tambahan permintaan akibat adanya kenaikan kapasitas produksi baik dari PT HPL maupun PT HJF.
Selama periode kuartal III-2023, anak usaha NCKL di bisnis pertambangan telah memproduksi sekitar 10 juta biji nikel limonite dan 4,4 juta biji nikel saprolite.
Dari lini produksi refinery HPAL, sejak adanya penambahan satu jalur produksi, Perseroan mencatatkan kenaikan produksi MHP sebesar 49 persen dibanding periode tahun sebelumnya yaitu menjadi 46.891 ton kandungan nikel.
Sebagian produk MHP yang di produksi, kemudian di konversi menjadi Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat, yang merupakan bahan baku utama untuk pembuatan ternary precursor, yang diperlukan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik berbasis nikel.
Selama sembilan bulan pertama tahun 2023, Perseroan melalui anak usahanya telah memproduksi 9.287 ton Nikel Sulfat dan 818 ton Kobalt Sulfat.
Dari lini produksi smelter RKEF, Perseroan melalui 2 anak usahanya yaitu PT HJF dan PT MSP berhasil membukukan total produksi Feronikel di sembilan bulan pertama tahun 2023 sebesar 68.994 ton kandungan nikel atau naik 268 persen dari tahun sebelumnya.
Di periode kuartal III-2023, PT HJF membukukan volume produksi feronikel sebesar 47.963 ton kandungan nikel.
Sedangkan PT Megah Surya Pertiwi (MSP), membukukan volume produksi sebesar 21.031 ton kandungan nikel di sembilan bulan tahun 2023.
Pada aspek keuangan, meskipun kondisi pasar penuh tantangan karena turunnya harga nikel di pasar dunia, Perseroan berhasil membukukan laba kotor sebesar Rp6,1 triliun, atau naik sebesar 63 persen dibandingkan dengan bulan sembilan pertama tahun 2022 sebesar Rp3,8 triliun.
Dengan terus melakukan inovasi dan efisiensi di operasional Perseroan, Laba Usaha meningkat sebesar 59 persen menjadi Rp5,4 triliun dari Rp3,4 triliun di sembilan bulan pertama tahun sebelumnya. Sedangkan, Laba Periode Berjalan bahkan meningkat 60 persen menjadi Rp5,7 triliun dari Rp3,5 triliun untuk periode yang sama di tahun sebelumnya.
BACA JUGA:
Perseroan juga mampu mencatatkan Laba Bersih pemilik entitas induk sebesar Rp1,7 triliun di kuartal ketiga tahun 2023, naik 25 persen dibandingkan untuk periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp1,5 triliun.
Di sembilan bulan pertama tahun 2023, Perseroan mencatatkan laba bersih pemilik entitas induk sebesar Rp4,5 triliun atau naik 24 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu.
Melihat semakin berkembangnya industri kendaraan listrik secara global serta rencana pemerintah untuk menjadi salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia, Perseroan mempunyai komitmen untuk terus melakukan investasi dan pembangunan fasilitas produksi yang dapat meningkatkan volume dan nilai tambah dari produk yang dihasilkan Perseroan.
Saat ini, Perseroan sedang melakukan ekspansi lebih lanjut dengan membangun fasilitas HPAL kedua melalui entitas anak yaitu PT Obi Nickel Cobalt (ONC) yang ditargetkan akan memiliki 3 (tiga) jalur produksi dengan kapasitas produksi 65.000 ton kandungan nikel/tahun MHP dan diharapkan akan beroperasi secara bertahap mulai di kuartal kedua tahun 2024.
Perseroan juga sedang merencanakan ekpansi lebih lanjut untuk lini produksi RKEF melalui entitas asosiasi yaitu PT Karunia Permai Sentosa (KPS) yang ditargetkan memiliki 12 jalur produksi dengan kapasitas produksi 185.000 ton kandungan nikel/tahun (feronikel) dan diharapkan akan beroperasi secara bertahap mulai semester kedua tahun 2025.
Dari sisi keberlanjutan, Perseroan akan terus memiliki komitmen untuk melakukan integrasi berkelanjutan di dalam proses bisnis, keterlibatan dan pembangunan masyarakat setempat, serta lingkungan.
Perseroan juga akan terus melakukan konsultasi dan diskusi dengan Stakeholders serta Customers terkait di dalam penerapan standard ESG dan sertifikasi yang akan diterapkan di industri.