Bagikan:

JAKARTA – PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel (NCKL) mengakuisisi 99 persen saham PT Gane Tambang Sentosa (GTS) yang berlokasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Adapun NCKL akusisi GTS dengan nilai transaksi sebesar Rp7,9 miliar ini akan meningkatkan sumber daya dan cadangan bijih nikel menjadi 302 juta wmt, sehingga menjadikan Harita Nickel sebagai perusahaan tambang nikel terbesar ke-5 di Indonesia berdasarkan sumber daya.

PT GTS memiliki konsesi tambang nikel yang belum beroperasi dengan luas area sebesar 2.314 hektar dengan masa berlaku IUP sampai dengan tahun 2040.

Perseroan merencanakan akan melakukan aktivitas pengeboran untuk mengetahui besaran cadangan dan sumber daya bijih nikel.

Pada saat yang bersamaan, Harita Nickel juga meningkatkan kepemilikan saham di PT Gane Permai Sentosa (GPS) dari semula 70 persen menjadi 99 persen. Selain dapat meningkatkan sumber daya dan cadangan bijih nikel Perseroan, akuisisi senilai Rp48,8 miliar ini di harapkan dapat memperkuat kontribusi finansial terhadap Perseroan.

Pada akhir Nopember 2023, Perseroan memiliki estimasi cadangan bijih nikel sekitar 302 juta wmt.

Dengan melakukan eksplorasi lebih lanjut pada 4 tambang yang dimiliki yaitu PT Obi Anugerah Mineral, PT Jikodolong Mega Pertiwi, PT Karya Tambang Sentosa, dan PT Gane Tambang Sentosa, cadangan bijih nikel yang dibutuhkan oleh anak usaha Harita Nickel akan meningkat.

PT GTS dan PT GPS adalah perusahaan afiliasi dari Harita Nickel. Transaksi akuisisi telah dilakukan secara transparan sesuai dengan penilaian dari lembaga independen dari KJPP yang ditunjuk.

Sebagai informasi, NCKL merupakan perusahaan pertambangan dan hilirisasi nikel terintegrasi yang memiliki kemampuan hulu dan hilir di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Di periode kuartal III 2023, NCKL membukukan penjualan sebesar Rp17,3 triliun, naik 135 persen dibanding kuartal III-2022 sebesar Rp7,4 triliun.

Selain itu, Perseroan juga mampu mencatatkan kenaikan laba bersih pemilik entitas induk sebesar 24 persen menjadi Rp4,5 triliun dari Rp3,6 triliun di periode sebelumnya.