JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menerbitkan 15 seri produk derivatif yaitu Single Stock Futures (SSF), paling cepat pada April atau Mei 2024, untuk melengkapi produk derivatif yang sudah ada di pasar modal Indonesia.
“Target awal kami pada Desember 2023. Tapi, karena market belum siap, belum terlalu familiar, jadinya diundur. Setelah persiapan lebih matang, mudah-mudahan bisa kami launching satu atau dua bulan dari sekarang,” ujar Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 1 BEI Firza Rizqi Putra dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal di Jakarta, dilansir dari Antara, Jumat 15 Maret.
Ia menjelaskan, ke-15 seri tersebut berasal dari lima underlying saham yang merupakan konstituen LQ45, diantaranya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
“Dengan masing- masing periode kontrak, yaitu 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan,” ujar Firza.
Dari sosialisasi dan edukasi yang dilakukan, Firza mengatakan Anggota Bursa (AB) menyambut positif kehadiran SSF seiring terjadinya peningkatan transaksi dalam mekanisme SSF.
Menurut dia, mekanisme perdagangan yang mirip dengan saham ini akan mempermudah investor eksisting untuk mentransaksikan SSF, karena modal atau dana yang dibutuhkan untuk berinvestasi jauh lebih murah.
Dalam kesempatan sama, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menjelaskan, SSF merupakan perjanjian atau kontrak antara dua belah pihak untuk menjual atau membeli suatu saham di masa depan dengan harga yang telah ditentukan.
BACA JUGA:
“Berbeda dengan produk derivatif BEI lainnya yang didasari oleh indeks saham dan surat utang negara, efek yang mendasari SSF adalah saham,” ujar Jeffrey.
Ia mengatakan, SSF juga memiliki satuan kontrak yang paling rendah dibandingkan produk derivatif lainnya, sehingga modal yang dibutuhkan investor untuk dapat mulai berinvestasi SSF lebih kecil.
“Jadi, yang menjadi underline-nya ini nanti adalah saham. Ini adalah salah satu produk atau instrumen yang bisa digunakan oleh investor untuk mendapatkan keuntungan baik pada saat market bullish maupun sedang bearish," ujar Jeffrey.