Bagikan:

JAKARTA - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menargetkan invetasi eksplorasi pada tahun 2024 mencapai 1,8 miliar dolar AS.

Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2023 yang tercatat sebesar 900 juta dolar AS.

"Kami sampaikan realisasi eksplorasi bertahun-tahun di kisaran 500 juta dolar AS, kemudian meningkat tahun lalu 900 juta dolar AS dan 2024 ditargetkan 1,8 miliar dolar AS," ujar Dwi Soetjipto dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR, Rabu 13 Maret.

Dwi mengatakan, target ambisius ini diambil demi penemuan cadangan besar atau 'big fish' yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan migas dalam negeri serta mengejar target lifting migas yang ditetapkan sebesar 1 juta barel minyak per hari dan gas sebesar 12 BSCFD.

"Aspek eksplorasi jadi fokus kita untuk memperbaiki seperti yang disampaikan di diskusi informal kita tadi mengenai kapan produksi meningkat. Kalau jangka pendek dalam bahasa jawanya masih bisa kita 'koret-koret', kalau jangka panjang harus ketemu cadangan yang besar," sambung Dwi.

Eks Dirut Pertamina ini juga menyebut target eksplorasi juga harus digeser dari small-medium ke medium-large. Adapun pergeseran tersebut telah dilakukan sejak 2023.

"Pergeseran ini terjadi grafik 2024, lalu 2023, dan tahun sebelumnya dimana mengarah pada potensi sumber daya yang kecil menjadi besar," imbuh Dwi.

Pada kesempatan yang sama, Dwi juga memaparkan beberapa temuan besar pada tahun 2023 antara lain Geng North dan Layaran yang masuk ke dalam 5 besar temuan terbesar dunia.

"Ini juga jadi temuan terbesar sejak Lapangan Abadi (Masela) tahun 2000 dan Banyu Urip tahun 2001. Pengeboran mulai banyak tahun 2017, jadi sudah mulai meningkat," pungkas Dwi.