Bagikan:

JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) melaporkan bahwa rasio penggantian cadangan migas atau reserve replacement ratio (RRR) sudah mencapai 97,5 persen pada September, dan mencapai 100 persen pada Oktober 2022.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memperkirakan, hingga akhir tahun 2022 capaian RRR akan mencapai sekitar 186 persen dari target, sehingga selama lima tahun berturut-turut SKK Migas akan mencapai target RRR di atas 100 persen dan berkontribusi dalam menopang upaya peningkatan produksi migas di masa yang akan datang.

"Reserve replacement ratio adalah penemuan cadangan sebagai ganti dari minyak atau gas yang diambil, sampai akhir September kita sudah mencapai 97,5 persen. Sampai dengan hari ini, dengan beberapa temuan yang ada di awal Oktober, maka kita sudah bisa memperoleh 100 persen dari reserve replacement ratio," ujar Dwi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin 17 Oktober.

Dwi mengatakan, dengan rasio temuan cadangan migas baru yang sudah mencapai 97,5 persen per September setara dengan 558,85 juta barel minyak dan bernilai 10,9 miliar dolar AS.

"Realisasi dari komitmen investasi dari persetujuan POD/OPLL ini hingga kuartal ketiga mencapai 10,9 miliar dolar AS. Jadi pertambahan cadangan ini berdampak juga ke rencana investasi dari project-project yang kita setujui selama 2022 ini adalah 10,99 miliar dolar AS. Ke depan 10,9 miliar dolar ini akan menjadi proyek, juga sekaligus penambahan cadangan sebesar 558,85 juta barrel oil equivalent," lanjutnya.

Ia merinci, penemuan sumur eksplorasi tahun 2022 yang berkontribusi pada 97,5 persen reserve replacement ratio yaitu sebanyak 21 sumur tajak dengan akan rasio keberhasilan sebesar 77 persen, yang mana 7 sumur dalam tahap pengerjaan, 10 penemuan, 2 kering, dan 1 tidak meyakinkan.

"Angka succes ratio-nya adalah 77 persen. Di dunia, kalau eksplorasi begini angka succes ratio-nya sebenarnya 30 persen. Jadi ini mungkin kita memang masih mencari yang aman-aman saja yang potensi suksesnya tinggi," katanya.

Dwi melanjutkan, untuk di masa datang Indonesia masih bisa melakukan eksplorasi migas yang lebih agresif dan lebih berisiko dengan rasio keberhasilan yang lebih rendah seperti di laut bagian dalam dan sebagainya.

"Jadi mungkin dalam jangka panjang oil and gas Indonesia barangkali kita bisa lebih berani mengambil drilling di tempat-tempat yang lebih lebih berisiko misalnya laut bagian dalam dan lain sebagainya. Ini hopefully ke depan menurunkan succes ratio, tetapi lebih agresif. Ini kita harapkan," kata Dwi.