JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengendus adanya praktik penebangan liar atau illegal logging sebagai penyebab terjadinya banjir bandang di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar).
"Saya kira memang kondisi geografis di Sumbar itu, kan, tebing, jalan langsung sungai. Tapi kalau ada galodo, banjir bandang ini, ada dua kemungkinan memang. Mungkin ada Ilegal logging di atas," ujar Basuki dalam rekaman suara yang dibagikan Humas Kementerian PUPR, dikutip Rabu, 13 Maret.
Basuki menilai, kondisi hutan di Sumatera Barat cenderung lebih baik dibandingkan wilayah lain. Dia juga menyebut hutan di Sumatera Barat masih dalam kondisi hijau.
"Saya curiga juga sebetulnya hutan di Sumbar ini, kan, lebih baik daripada tempat lain. Hutannya, kan, masih hijau semua. Sebetulnya sebelum ada banjir airnya juga bening. Saya lihat di Bendungan Sawah Laweh airnya waktu itu bening. Pasti, kan, sebenarnya masih baik," kata dia.
Selain penebangan liar, Basuki juga menyebut faktor alam menjadi penyebabnya. Dia mengatakan, curah hujan di daerah itu sudah di atas level ekstrem.
Berdasarkan data BMKG, kata Basuki, curah hujan dikatakan ekstrem jika mencapai lebih dari 150 mm per hari. Sementara, di lokasi bencana, curah hujan tercatat hingga 400 mm per hari.
Baca juga:
"Atau karena curah hujan yang ekstrem. Sebenarnya hujan ekstrem itu kalau (berdasarkan data) BMKG lebih dari 150 mm per hari, itu sudah ekstrem. Ini katanya 400 mm per hari," tuturnya.
Adapun dari 12 kabupaten di Sumatera Barat yang terdampak banjir, 5 di antaranya terdampak paling parah. Salah satunya adalah di Kabupaten Pesisir Selatan.