Bagikan:

JAKARTA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) setempat terus berupaya menjaga stabilitas harga menjelang bulan Ramadan 1445 Hijriah.

"Harga sejumlah komoditas naik terutama beras dan cabai. Karena itu kami akan berupaya menjaga stabilitas harga," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Junanto Herdiawan, dalam keterangannya, di Bandarlampung, dikutip dari Antara, Senin 4 Maret.

Menurutnya, peningkatan harga beras didorong oleh penurunan pasokan sejalan dengan pergeseran masa tanam akibat El Nino pada tahun 2023 yang berimplikasi pada mundurnya masa panen.

Selain itu, lanjutnya, kelangkaan stok beras di sejumlah pasar modern turut mempengaruhi kenaikan harga beras.

Sedangkan kenaikan harga aneka cabai disebabkan oleh penurunan pasokan di sejumlah wilayah sentra produksi, yakni Tulang Bawang Barat, Lampung Selatan, dan Pringsewu akibat serangan jamur dan hama pada saat musim hujan. Di samping itu, kenaikan harga aneka cabai di Lampung juga turut dipengaruhi kenaikan harga cabai rawit dari Sukabumi, Jawa Barat selaku salah satu pemasok utama cabai untuk Provinsi Lampung.

Junanto menjelaskan, ada empat strategi yang ditempuh dalam upaya menjaga stabilitas harga, yakni pertama keterjangkauan harga dengan melakukan operasi pasar beras/SPHP secara kontinyu hingga harga kembali turun sampai harga eceran tertinggi (HET).

Kemudian, melakukan monitoring harga dan pasokan pada komoditas-komoditas tertentu seperti komoditas yang perlu diwaspadai kenaikan harganya: beras, telur ayam, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng, dan gula pasir.

Lalu komoditas yang relatif terjaga, namun masih memiliki risiko kenaikan harga seperti bawang putih dan daging ayam.

Kedua ketersediaan pasokan yakni dengan memperkuat dan memperluas kerja sama antar daerah (KAD) intra Provinsi Lampung, utamanya untuk komoditas yang sering bergejolak di kota.

Selanjutnya, berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan untuk mempercepat penanaman padi, optimalisasi peran bendungan, pendistribusian bibit yang cukup resisten terhadap kekeringan, dan pendistribusian traktor/alsintan.

Ketiga kelancaran distribusi dengan memastikan kelancaran transportasi untuk kecukupan kapasitas dan jumlah moda transportasi untuk menjaga lalu lintas angkutan barang dan manusia.

"Penguatan kapasitas transportasi dengan penambahan volume penerbangan Lampung – Jakarta, perluasan rute penerbangan Lampung – Bali, serta operasionalisasi dermaga eksekutif Pelabuhan Bakauheni," kata Junanto.

Kemudian melanjutkan upaya percepatan perbaikan jalan kabupaten/kota dan pedesaan yang dilalui oleh angkutan barang bahan pangan, penguatan koordinasi antar organisasi perangkat daerah dan kabupaten/kota dalam rangka menindaklanjuti Surat Edaran Nomor 23 tahun 2024 tentang pengawasan dan pengendalian distribusi gabah.

Dan yang keempat komunikasi efektif dengan melakukukan rapat koordinasi secara formal, dilaksanakan rutin setiap minggu, dan informal, melalui WhatsApp group, dalam rangka menjaga awareness TPID Lampung terkait dinamika harga dan pasokan terkini.

" Kami juga memperkuat sinergi komunikasi dengan media dan masyarakat dalam rangka menghindari perilaku aksi borong," tambah Junanto.