Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin 19 Februari 2024 diperkirakan akan kembali bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah Jumat 16 Februari, Kurs rupiah spot ditutup melemah 0,006 persen Rp15.624 per dolar AS.

Sementara kurs rupiah Jisdor ditutup melemah 0,03 persen ke level harga Rp15.654 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan indeks manufaktur Empire State membaik menjadi 2,4 pada bulan Februari, setelah turun ke 43,7 pada bulan Januari, angka terendah sejak Mei 2020. 

Demikian pula, indeks manufaktur Fed Philadelphia naik menjadi 5,2 di bulan Februari, jauh di atas ekspektasi, setelah naik ke -10,6 di bulan Januari. 

"Angka di bulan Februari adalah yang tertinggi sejak angka 7,7 yang dicapai pada bulan Agustus," ucapnya dalam keteranganya dikutip Senin, 19 Februari.

Ibrahim menjelaskan, sebelumnya Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan, meskipun bank sentral telah membuat kemajuan dalam menurunkan inflasi, dia masih belum siap untuk menyerukan penurunan suku bunga. 

Bostic juga mengatakan inflasi akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menurun. Komentarnya muncul menjelang data inflasi indeks harga produsen, yang akan dirilis pada hari Jumat. 

Dari sisi internal, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 mencatatkan surplus sebesar 2,02 miliar dolar AS selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. 

Surplus neraca perdagangan ini lebih rendah 1,27 miliar dolar AS dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu

Surplus neraca perdagangan Januari 2024 ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas sebesar 3,32 miliar dolar AS.

Disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja. 

Sedangkan neraca perdagangan untuk komoditas migas menunjukan defisit sebesar 1,30 miliar dolar AS, utamanya komoditas penyumbang defisit yaitu hasil minyak dan minyak mentah.

Sementara itu, tiga negara dengan surplus neraca perdagangan non migas terbesar bagi Indonesia, yaitu India mengalami surplus sebesar 1,38 miliar dolar AS, didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta bijih, terak dan abu logam.

Kemudian, Amerika Serikat mengalami surplus sebesar 1,21 miliar dolar AS dan Filipina mengalami surplus 0,63 miliar dolar AS.

Selain itu, untuk tiga negara yang mengalami defisit terbesar yaitu Tiongkok defisit sebesar 1,38 miliar dolar AS dengan komoditas utamanya bahan bakar mineral, bijih logam, terak, dan abu, kemudian logam mulia dan perhiasan atau permata. 

Selanjutnya, Australia mengalami defisit sebesar 0,43 miliar dolar AS dan Thailand mengalami defisit sebesar 0,42 miliar dolar AS. 

Ibrahim memperkirakan, rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Senin 19 Februari dalam rentang harga Rp15.590-Rp15.650 per dolar AS.