Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan penyebab menurunnya kontribusi industri pengolahan terhadap produk domestik bruto (PDB) yang hanya mencapai 18,67 persen sepanjang 2023.

Padahal, kontribusi industri pengolahan pada lima tahun lalu atau 2019 sendiri tercatat sebesar 19,70 persen.

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Andi Rizaldi mengatakan, ada berbagai faktor yang menyebabkan hal tersebut. Salah satu penyebab utamanya adalah menurunnya tingkat konsumsi.

"Mungkin dari macam-macam faktor, ada faktor internal dari tingkat konsumsi kami. Jadi, kelihatannya mungkin yang besar pengaruhnya dari konsumsi," ujar Andi kepada VOI saat ditemui dalam agenda peresmian Fasilitas Produksi Obat Bahan Alam di Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kimia, Farmasi dan Kemasan (BBSPJIKFK) di Jakarta, Selasa, 6 Februari

Andi menilai, menurunnya tingkat konsumsi tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan industri pengolahan.

"Kemungkinan konsumsinya juga agak menurun sehingga berdampak ke pertumbuhan," katanya.

Di samping itu, Andi menyebut adanya faktor eksternal lainnya seperti pangsa pasar ekspor yang menurun akibat gejolak geopolitik antara Palestina dan Israel.

"Sekarang kami untuk sebagian komoditas ada yang tergantung sama ekspor. Otomatis kalau misalnya geopolitiknya terganggu, nanti ekspor juga terganggu," ucap dia.

Lebih lanjut, kata Andi, pihaknya optimistis bahwa pertumbuhan industri pengolahan akan meningkat pada 2024 ini.

Saat ditanyai lebih lanjut soal target pertumbuhan pada 2024 ini, Andi belum dapat memberikan informasi lebih lanjut.

"Harusnya lebih tinggi karena kami punya target 2020-2024 minimal (industri manufaktur pengolahan) di rata-rata atau kalau bisa meningkat," tuturnya.

Menurut Andi, salah satu industri yang dapat menunjang pertumbuhan industri pengolahan tersebut adalah logam.

"Kalau tidak salah dari industri logam cukup besar dan industri makanan juga cukup besar," imbuhnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kontributor terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi pada 2023, yaitu industri pengolahan dengan porsi 18,67 persen atau naik dibandingkan 2022 sebesar 18,34 persen.

Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti mengatakan, seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada 2023 melanjutkan tren pertumbuhan positif.

"Lapangan usaha dengan kontribusi terbesar terhadap ekonomi, yaitu industri pengolahan, perdagangan, pertanian, pertambangan dan konstruksi terus melanjutkan tren pertumbuhan yang positif di 2023," kata Amalia dalam rilis BPS, Senin, 5 Februari.

Secara pertumbuhan, industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 4,64 persen. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan 2022 lalu, yakni sebesar 4,89 persen.