Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat inflasi secara year on year (y-on-y) di Provinsi DKI Jakarta sebesar 1,83 persen pada Januari 2024 dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 103,95.

Plt. Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Dwi Paramita Dewi menjelaskan, inflasi y-on-y Januari 2024 terjadi karena adanya kenaikan harga dengan kontribusi terbesar dari kelompok makanan-minuman serta tembakau (rokok).

"Kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada Januari 2024 Provinsi DKI Jakarta mengalami inflasi y-on-y sebesar 5,59 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 102,07 pada Januari 2023 menjadi 107,78 pada Januari 2024," kata Dwi dalam keterangannya, Jumat, 2 Februari.

Subkelompok yang mengalami inflasi y-on-y tertinggi adalah subkelompok rokok dan tembakau sebesar 8,10 persen, sementara yang terrendah yaitu minuman yang tidak beralkohol sebesar 2,14 persen.

Selain kelompok makanan-minuman dan tembakau, inflasi juga disumbang oleh kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,51 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 2,10 persen.

Lalu, kelompok kesehatan sebesar 1,32 persen; kelompok transportasi sebesar 0,61 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,17 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,89 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,61 persen.

Kemudian, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,06 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,82 persen.

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,08 persen.

Di satu sisi, Secara month to month (m-to-m) dan year to date (y-to-d) terjadi deflasi dengan tingkat deflasi month to month (m-to-m) dan tingkat deflasi year to date (y-to-d) Provinsi DKI Jakarta bulan Januari 2024 masing-masing sebesar 0,19 persen.

"Komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan deflasi m-to-m pada Januari 2024, antara lain angkutan udara, cabai merah, bensin, cabai rawit, udang basah, telur ayam ras, air kemasan, dan kacang panjang. Sedangkan komoditas yang memberikan andil atau sumbangan inflasi m-to-m, antara lain tomat, sewa rumah, kue kering berminyak, beras, dan emas perhiasan," urai Dwi.