Bagikan:

JAKARTA - Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) menyinggung soal dana promosi pariwisata. Indonesia dinilai tidak memiliki dana promosi pariwisata yang cukup. Pasalnya, anggran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga minim.

Ketua Umum GIPI Hariyadi Sukamdani pun mengatalan bahwa selama Indonesia berdiri, sektor pariwisata kerap dinilai hanya sebagai aksesoris.

“Memang betul sekarang pembangunan infrastrukturnya zaman Pak Jokowi bagus sekali, tetapi kalau kita bicara khusus promosi untuk pariwisata itu ya masih terbatas,” katanya ketika ditemui di The Langham Hotel, Jakarta, Rabu, 31 Januari.

Hariyadi juga mengatakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sebagai mentor dalam pengembangan wisata pun memiliki anggaran yang terbatas sekali.

“Mentornya (Kemenparekraf) dia punya anggarannya Rp3,8 triliun. Kecil sekali dan enggak ada dalam prosesnya promosi yang khusus untuk pariwisata,” ujar Hariyadi.

Lebih lanjut, Hariyadi pun mengeluhkan mengenai penanganan pariwisata yang dinilai tidak fokus di Kemenparekraf. Ia pun mempertanyakan mengapa penganan pariwisata justru diberikan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu InJourney.

“Enggak ada dalam prosesnya promosi yang khusus untuk itu, enggak. Malah semuanya dipegang oleh BUMN kan kemarin InJourney ini kan yang untuk bikin apa, segala macam kan dananya dari mereka,” ucapnya.

Karena itu, kata Hariyadi, ke depannya diharapkan dana pariwisata ini bisa dikelola oleh semua pihak. Dengan begitu, sambung dia, bisa memunculkan hasil yang maksimal. Pasalnya jika hanya pemerintah yang mengelola, belum tentu cocok.

Contohnya, sambung Hariyadi, perhelatan World Beach Games 2023 di Bali yang batal. Kata dia, terlepas itu perhelatan tersebut batal atau tidak, penyelenggaraannya tetap tidak akan maksimal. Sebab, pemilihan tanggalnya tidak pas.

“Kenapa? Milih tanggalnya enggak pas gitu loh. Pas lagi peak season di Bali, cari-cari kamar juga setengah mati, cari flight juga susah gitu kan. Padahal dia atletnya kalau enggak salah 3.000 orang tuh gitu kan. Dari suporternya juga susah ke sana. Kalau kita (pengusaha pariwisata) kan mau narik suporter,” tuturnya.