Bagikan:

JAKARTA - Wisata belanja atau Shopping Tourism menjadi salah satu cara yang dipakai beberapa negara untuk memulihkan ekonomi mereka pasca hantaman pandemi COVID-19. Di antaranya seperti Thailand, Singapura hingga Malaysia.

Namun sayangnya, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia tidak serta merta mendorong pertumbuhan wisata belanja di dalam negeri seperti yang terjadi di Thailand maupun Singapura.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belania Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan perjalanan Indonesia untuk bisa menyaingi Thailand, maupun Siapura masih sangat panjang. Pasalnya, banyak hambatan yang perlu dibereskan pemerintah.

“Indonesia saya rasa perjalanannya masih panjang untuk di sektor wisata belanja. Kan tadi sudah dijelaskan jumlah wisata yang datang berapa banyak, tapi itu tidak serta merta mendorong wisata belanja (di dalam negeri),” katanya usai acara Rakernas APPBI, di The Langham Hotel, Jakarta, Rabu, 31 Januari.

Alphonzus bilang tidak terintergrasinya kawasan wisata dengan pusat belanja serta faktor pendukung lainnya di sektor pariwisata menjadi salah satu kendala Indonesia mengembangkan wisata belanja.

“Kenapa? Karena tadi, banyak yang tidak terintegrasi antara destinasi wisata dengan destinasi belanja dan lain-lainnya. Seluruh faktor di sektor pariwisata itu tidak terintegrasi, itu salah satu kendala,” ucapnya.

Selain itu, kata Alphonzus, kendala lain yang dihadapi adalah masih kurangnya untuk titik-titik destinasi belanja. Misalnya, kata dia, jika wisatawan datang ke Singapur mereka akan mengunjung Orchid. Begitu pula jika wisatawan datang ke Jepang akan mengunjungi Shibuya, di Tokyo.

“Kita juga sangat kurang sekali untuk spot-spot destinasi belanja. Kalau Singapur misalkan dia punya Orchid terkenal di seluruh dunia, wisatawan datang pasti cari Orchid. Ke Tokyo carinya Shibuya. Di Indonesia enggak ada kan. Bahkan di Jakarta pun tidak ada destinasi-destinasi seperti itu,” tuturnya.

Meski begitu, Alphonzus bilang Indonesia sangat bisa mengembangkan wisata belanja di dalam negeri. Namun, perlu kolaborasi dari semua pihak tidak hanya pelaku usaha di sektor pariwisata tetapi juga pemerintah untuk mewujudkannya.

“Saya kira ini PR bersama. Tapi kan ini untuk membuat hal-hal tadi kan lintas sektor yang harus dikendalikan oleh pemerintah saya kira. Pemerintah harus pegang perenan utama untuk bisa merangkul semua sektor yang ada di pariwisata untuk jadi satu kesatuan seperti tadi,” jelasnya.