Timnas AMIN Sebut Larangan Ekspor Nikel Justru Bikin Monopoli Berkembang di Tanah Air
Nikel (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Dewan Pakar Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin (Timnas AMIN), Wijayanto Samirin menilai bahwa langkah pemerintah melarang ekspor nikel justru akan membuat monopoli semakin berkembang. Pasalnya, nikel yang sudah diolah akan dijual ke China.

Lebih lanjut, Wijayanto menjelaskan larangan ekspor bijih nikel membuat mineral mentah tersebut harus diolah di smelter. Sementara, smelter yang ada di Tanah Air dikuasai China.

“Sementara smelter-smelter ini dikuasai oleh perusahaan dari negara tertentu, dari Tiongkok. Dan hampir pasti nikel yang mereka proses itu akan diekspor ke Tiongkok. Artinya apa? Artinya ada monopoli,” ucapnya dalam acara ‘Dilema Hilirisasi Tambang: Dibatasi atau Diperluas?’ di Jakarta, Kamis, 25 Januari.

Wijayanto tak menampik bahwa larangan ekspor bijih nikel ini juga memiliki dampak positif yakni terciptanya nilai tambah melalui hiliriasi. Namun, disaat yang bersamaan juga menghadapi masalah monopoli.

“Pelarangan ekspor mineral mentah itu ada bagusnya, karena mendorong hilirisasi. Tapi negatifnya adalah mengembangkan monopoli,” tuturnya.

Selain itu, Wijayanto menilai smelter-smelter di Tanah Air yang dikuasai China begitu dominan. Bahkan, bisa memaksakan harga sehingga membuat produsen kecil tak bisa menjual hasil produksinya ke luar karena harus lewat smelter.

“Sehingga ada yang teriak-teriak walaupun saya enggak setuju, ini kok seolah-olah Indonesia seperti provinsi Tiongkok. Karena semua produk nikelnya masuk ke sana. Dan karena smelter ini begitu dominan, dia bisa memaksa harga. Kita produksen kecil mau menjual keluar nggak bisa, harus lewat smelter, ya harganya harus kita terima berapapun,” katanya.