Kemenperin Jalankan 5 Kebijakan untuk Industri Furnitur, Rotan hingga Bambu Bakal Dikuatkan
Ilustrasi furnitur (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut, akan menjalankan lima kebijakan strategis untuk meningkatkan kinerja industri furnitur yang bisa berdaya saing global di 2024 ini.

Pasalnya, nilai ekspor dari produk furnitur tersebut telah mencapai 2,5 miliar dolar AS sepanjang 2022.

Kelima jurus tersebut adalah fasilitasi ketersediaan bahan baku; fasilitasi ketersediaan SDM terampil; fasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar; fasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas dan kualitas produk serta fasilitasi iklim usaha kondusif dan peningkatan investasi.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyebut, untuk fasilitasi ketersediaan bahan baku dilakukan melalui upaya perbaikan yang berfokus pada penyediaan akses yang lebih baik.

"Sehingga, tercapai pola rantai pasok bahan baku furnitur ideal melalui fasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku Industri Furnitur, yang mana untuk bahan baku papan kayu difasilitasi mulai 2022. Sedangkan, untuk 2024 akan difasilitasi untuk bahan baku rotan," ujar Putu dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Rabu, 24 Januari.

Berikutnya, fasilitasi ketersediaan SDM kompeten akan dilakukan melalui optimalisasi peran Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal. Unit pendidikan vokasi milik Kemenperin ini telah menerapkan kurikulum yang bersifat dinamis dengan disesuaikan kebutuhan pasar.

Sementara itu, dalam upaya fasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar, Kemenperin kerap memfasilitasi keikutsertaan pelaku industri furnitur dalam pameran tingkat nasional maupun internasional.

"Pemerintah juga gencar menggalakkan belanja APBN melalui pemanfaatan produk ber-TKDN, yang mana hal ini juga dapat menjadi kesempatan pelaku industri furnitur dalam meningkatkan pasar dalam negeri," katanya.

Adapun salah satu upaya fasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas dan kualitas produk dilakukan di lini teknologi melalui Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Pengolahan Kayu berupa pemberian reimburse penggantian sebagian pembelian mesin/peralatan sesuai kriteria.

Program itu bertujuan untuk mendukung pembaruan teknologi mesin/peralatan dalam meningkatkan produktivitas.

"Selain itu, Kemenperin juga melaksanakan program pengembangan konsep desain furnitur, yang mana bentuknya adalah workshop kolaborasi antara desainer furnitur dengan pelaku industri. Kemudian, peningkatan kualitas produk juga didukung dengan penerapan SNI dan SKKNI," ucap Putu.

Selain kebijakan-kebijakan tersebut, Putu menilai, pemerintah juga terus berusaha untuk menciptakan iklim berusaha yang kondusif bagi pelaku industri furnitur, seperti melalui pemberian fasilitas insentif perpajakan berupa tax allowance serta kemudahan prosedur ekspor dan impor.

"Di samping terus meningkatkan pasar ekspor baik ke pasar tradisional maupun nontradisional, pelaku industri furnitur diharapkan agar tidak meninggalkan pasar dalam negeri. Dengan inovasi-inovasi produksi yang lebih efisien, maka konsumen dalam negeri juga dapat menikmati produk furnitur berkualitas karya anak bangsa," tuturnya.

Kemudian, seiring semakin tingginya environmental awareness dari konsumen furnitur, diharapkan dapat memacu pelaku industri untuk terus melakukan perbaikan-perbaikan dalam produksi.

"Saat ini, pelaku industri furnitur kami agar bisa lebih efisien memanfaatkan sumber dari bahan baku lestari, lebih ramah lingkungan, ikut menerapkan circular economy serta berperan dalam penurunan emisi gas rumah kaca, namun tetap dapat menghasilkan produk berbasis eco-design," ungkap Putu.

Indonesia dinilai masih memiliki peluang yang besar dalam pengembangan industri furnitur dan mebel karena didukung ketersediaan bahan baku yang melimpah, di antaranya beragam jenis kayu yang meliputi kayu meranti, jati, mahoni dan akasia.

Upaya hilirisasi atau peningkatan nilai tambah sumber daya alam ini perlu terus dipacu untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

Di sisi lain, Indonesia merupakan sumber dari 80 persen rotan dunia dan Indonesia juga memiliki potensi bambu yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan produk-produk hilirnya.