Bagikan:

JAKARTA - Dewan Energi Nasional mengumumkan Index Ketahanan Energi Indonesia pada tahun 2023 ditetapkan sebesar 6,64 dengan kategori Tahan.

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan Kementerian ESDM membagi kategori ketahanan energi nasional menjadi 5 kategori yakni sangat rentan, rentan, kurang tahan, tahan dan sangat tahan.

"Index Ketahanan Energi Indonesia Alhamdulillah kita sudah bisa menyelesaikan perhitungannya dan kita hitung di angka 6,64. Alhamdulillah kategori tahan," ujarnya dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Dewan Energi Nasional, Rabu, 17 Januari.

Menurutnya, dengan capaian angka tersebut Indonesia baru masuk dalam tahap tahan namun masih sangat awal.

Dengan mengacu pada aspek ketahanan atau availability, Indonesia masih melakukan impor terhadap beberapa komoditas energi seperti mimnyak mentah, bensin dan elpiji.

"Availability ada dalam negeri dan impor. Impor itu kita masih ada elpiji, minyak mentah dan bensin. Dalam program roadmap kita impor akan kiita kurangi bensin dengan kendaraan listrik, kemudian elpiji dengan kompor listrik dan DME serta pembangunan kilang baru," beber Djoko.

Sementara dari sisi Accessibility, Djoko menyebut Indonesia terus menyediakan layanan BBM melalui program BBM Satu Harga di seluruh Indonesia. Pada tahun ini Kementerian ESDM berencana menambah 100 lokasi BBM Stau Harga yang akan menyasar wilayah timur Indonesia. RI, kata dia, juga akan terus membangun transmisi untuk listrik dan jaringan pipa gas.

Kemudian dari sisi Affordability atau keterjangkauan, Indionesia masih memberikan subsidi bagi masyrakat. Ia mencontoh subsidi ahrga batu bara kepada PLN dan penetapan harga untuk elpiji 4 KG dan BBM jenis Pertalite yang ditetapkan sebesar Rp10.000 per liter.

"Kemudian nanti kalau sudah tidak impor, kemudian seluruh infrastruktur terbangun. Harga sudah tidak subsidi dan terakhir EBT kita tahun ini mencapai angka 13.09 persen. Kalau EBT sesuai target dan tidak impor maka bisa angka 10," pungkas Djoko.