Bagikan:

JAKARTA - Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 2 Prabowo Subianto mengatakan, salah satu strategi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara industri adalah dengan melakukan hilirisasi.

Prabowo menyebut, Indonesia membutuhkan investasi sekitar 540 miliar dolar AS untuk kegiatan hilirisasi 21 komoditas.

"Ini sudah kami petakan, kami butuh kurang lebih investasi 545 miliar dolar AS untuk 21 Komoditas. Kalau kami lihat satu-persatu, komoditas tersebut sudah kami buat pohon industrinya, yang mana nilai tambahnya akan naik berpuluh kali," ujar Prabowo dalam Dialog Capres O2 bersama Kadin yang dipantau secara daring, Jumat, 12 Januari.

Prabowo menilai, kunci dasar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara industri adalah dengan memulainya dari hal mendasar, salah satunya hilirisasi.

"Hilirisasi ini begitu penting. Jadi, kami akan teruskan strateginya Pak Jokowi, kami sudah punya peta dan rencana yang kami sebut pohon industri dari 21 komoditas, mulai dari mineral, bahan-bahan tanaman hingga bahan laut. Justru, untuk membangun dasar dari semua," ujarnya.

Menurut dia, apabila kegiatan hilirisasi dilakukan secara masif, peluang Indonesia untuk menjadi negara industri pun bisa segera terwujud dan tidak bergantung lagi pada impor.

"Untuk itu, sekali lagi strategi kami harus benar, falsafah kami harus benar. Kami anggap kadang-kadang lebih murah impor, tapi saya setuju kami harus mulai dari dasar dan untuk itu kuncinya adalah hilirisasi," ungkapnya.

Lebih lanjut, kata Prabowo, ke depan Indonesia perlu meningkatkan anggaran pembelanjaan di sektor industri. Pasalnya, anggaran pembelanjaan di sektor tersebut hanya berkisar di angka 17 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Sementara, lanjutnya, negara lain seperti India dan Turki sudah mengalokasikan dana sekitar 20-28 persen untuk pembelanjaan di sektor tersebut.

"Sekarang pembelanjaan kami 17 persen dari Gross Domestic Product (GDP), padahal para pakar menyampaikan kepada saya bahwa negara-negara yang sedang membangun industri itu berani sampai 20 persen, 25 persen, bahkan 28 persen dari GDP. Sebagai contoh, India kalau tidak salah 28 persen, Turki 28 persen. Kalau kami mau sama dengan India dan Turki, berarti kami menambah 11 persen pembelanjaan kami," ungkapnya.

"Dengan demikian, kami mungkin bisa terobos menjadi negara industri dan harus mandiri di semua sektor penting, karena kami negara yang sangat besar," imbuhnya.