Ekonom Bank Mandiri: Pergerakan Harga Komoditas Energi Dipengaruhi Tensi Politik yang Belum Mereda
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro. (Foto: Dok. ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ungkap perekonomian Indonesia masih akan menghadapi berbagai risiko ekonomi global salah satunya inflasi.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan, ekonomi Indonesia masih akan menghadapi berbagai risiko ekonomi global yaitu harga energi, pangan dan suku bunga AS.

“Harga energi dan pangan perlu diwaspadai pada tahun depan, mengingat ada peristiwa yang terkait dengan keduanya,” ucap Andry dalam Media Gathering, Selasa, 19 Desember.

Andry menyampaikan, pergerakan harga energi akan dipengaruhi oleh tensi geopolitik yang belum mereda dan harga pangan berasal dari fenomena kekeringan panjang atau El Niño yang masih belrangsung.

“Kalau El Niño berkepanjangan, maka akan mengerek harga beras, juga cabai, dan bawang. Padahal komoditas tersebut dominan pangan masyarakat Indonesia,” jelasnya.

Di sisi lain perlambatan ekonomi Tiongkok masih akan menjadi risiko bagi perekonomian Indonesia mengingat Tiongkok adalah salah satu mitra dagang dan mitra investasi yang utama bagi Indonesia.

Namun, apabila Federal Reserve menurunkan suku bunga AS lebih cepat, sentimen global akan membaik dan potensi kembalinya aliran dana asing ke depan semakin terbuka.

Sejalan dengan itu, Bank Indonesia memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps pada tahun 2024.

Andry menyampaikan angka inflasi tetap terkendali di kisaran 2 sampai 4 persen sesuai target Bank Indonesia pada tahun 2023, dan diperkirakan terus menurun.

Selain itu, tingkat inflasi pada tahun 2023 diperkirakan akan mencapai 3 persen dan pada tahun 2024 akan mencapai 3.19 persen, sesuai dengan perkiraan BI.

Selanjutnya pengelolaan pasokan yang baik turut menopang laju penurunan inflasi, terutama dari sisi harga pangan.